Advertisement 728 X 90

PASANG IKLAN DISINI BANNER UKURAN 728 X 90 CUMAN 100.000 PER BULAN

Panduan Cara Pembibitan Tanaman Hidroponik Dengan Stek Batang Part I

Panduan Cara Pembibitan Tanaman Hidroponik Dengan Stek Batang Part I - Bagi hidroponik rumahan yang lebih banyak memelihara tanaman hias, pembibitan lebih menyenangkan karena lebih cepat berhasil jika dilakukan secara vegatatif, dengan membuat dan menyemai stek batang atau cabang, stek daun, dan umbi akar. Tanaman yang tumbuh dari stek selalu sama bentuk dan sifatnya dengan tanaman induknya.

Tanaman yang lunak batangnya, seperti kebanyakan bunga-bungaan dan sayuran, biasanya dibuat dengan mengiris cabangnya yang mudah dipisah dengan dipatahkan begitu saja dari batang induknya, tanpa perlawanan. Jika ia sulit dipatahkan, dan hanya bengkok saja, atau meninggalkan bekas patahan yang berantakan tidak bersih beraturan, maka cabang itu sudah terlalu tua untuk dijadikan stek.

Stek tanaman lunak sebaiknya dibuat paling panjang 10 cm saja. Itu dipotong dari batang tanaman induknyaa dekat di bawah suatu buku, mata tunas, atau kuncup. Stek kemudian dibuang daun-daunnya yang paling bawah, sedangkan daun dipuncuknya dibiarkan saja. Bekas potongan yang mengeluarkan getah harus ditaburi serbuk norit atau arang kayu yang halus, supaya berhenti bergetah.

Stek harus dibungkus daun pisang atau kain bersih yang dibuat lembab (bukan basah), selama pengangkutan dari kebun ke tempat pesemaian dan selama disimpan, menunggu saat disemai. Sebab ia masih dibiarkan tetap berdaun, sedangkan daun ini menguapkan air terlalu  banyak sampai dapat layu, jika tidak dibungkus lembab.

Stek batang berupa cabang yang memenuhi syarat, disemai dalam pot yang sudah diisi dengan pasir dan lumut,  sphagnum yang dibasahkan. Pelru ditekan sedikit dalam pot, supaya bahan ini menjadi medium tanam agak padat, yang memenuhi pot sampai kira-kira 2 1/2 cm di bawah tepian tas pot.

Karena stek dapat dipercepat pertumbuhan akarnya dengan hormon tanaman indole butyric acid (IBA) yang dijual dengan nama dagang Seadix atau Hormodin, dan naphthalene acetic acid (NAA) yang diperdagangkan sebagai Planofix, maka sebaiknya memberinya salah satu hormion pertumbuhan ini saja, untuk menjamin keberhasilannya disemai.

Sebelum stek ditancapkan dalam pot pesemaian, pangkal batang yang masih baru diiris dengan pisau yang tajam (boleh pisau okulasi)) atau silet, supaya permukaannya rata  dan bersih,.Permukaan  inilah yang kemudian dicelup ke dalam serbuk hormon yang sudah disiapkan di dekat deretan pot itu, kemudian diketrok - ketro sedikit supaya serbuk yang kelebihan bisa rontok, dan akhirnya stek ditancapkan dalam medium tanam di sekitar batang stek perlu ditekan - padatkan seperlunya, supaya stek kokoh benar menancapnya.

Selesai ditanam, stek demikian perlu ditutup dengan kantong plastik yang sesuai ukurannya, atau botol jem (jika steknya kecil), untuk mencegah pengupan terlalu banyak. Tetapi setiap hari tutup ini perlu dibuka sebentar selama beberapa menit, supaya ada pertukaran hawa pengap dengan udara segar dari luar, kemudian dikerudungkan kembali. Nantikan artikel Panduan Cara Pembibitan Tanaman Hidroponik Dengan Stek Batang Part II yaaa.....

Panduan Cara Pembibitan Tanaman Hidroponik Dengan Biji Part II

Sebelumnya kita sudah membahas Panduan Cara Pembibitan Tanaman Hidroponik Dengan Biji Part I, dan artikel ini adalah kelanjutannya silahkan disimak lansungnya..

Persemaian perlu dilindungi dengan atap peneduh terhadap sengatan matahari, sampai biji berkacambah dan mencuatkan daunnya di atas permukaan kerikil medium tanam. Cahaya matahari memang berbahaya bagi kecambah demikian, tetapi cahaya yang terang dibawah satu atap peneduh justru perlu. Baru sesudah bibit tanaman itu muncul sepenuhnya  secara lengkap dengan batang dan daunnya, mereka boleh disinari matahari penuh waktu pagi, tetapi kemudian terlindung lagi waktu siang dan sore, jika matahari sedang ganas - ganasnya menyengat.

Jika bak persemaian itu gampang dipindah -pindahkan, sebaiknya juga memutar seperlunya supaya tanaman tidak tumbuh  condong ke satu arah, menuju ke arah matahari dari satu sisi saja.
Sesudah menumbuhkan 4 helai daun, bibit sudah cukup kuat untuk dipindah tanamkan ke dalam pot hidroponik lain lebih besar.

Cara lain untuk menyemai biji (terutama biji tanaman yang mahal dan langka), ialah dengan memakai bahan Jiffy-7, sepotong gambut yang sudah dikeringkan dan dibentuk bulat, silindris, atau persegi kubus yang dibungkus dengan jala plastik. Biji sebanyak 2 -3 butir ditekan masuk ke dalam bahan ini, dan pada waktunya nanti akan berkacambah, jika terus menerus dibuat lembab dengan penyiraman. Dengan air, gambut kering itu akan mengembang, membentuk medium tanam yang bagus kelembabannya. Dengan mudah, akar bibit yang muncul akan menerobos jala plastik yang menahan gambut jangan sampai berantakan waktu mengembang disirami air itu.

Suatu varasi lain dari jiffy-7 ialah fertlcubes, bahan pesemaian berbentuk kubus tersusun dari gambut kering, perlite, dan vermiculite, dicampur dengan sejumlah unsur kimia, makanan tanaman.

Bibit tanaman yang sudah cukup besar dapat dipindah ke dalam pot hidroponik berikut medium pesemaian itu sekalian. Bahan itu sudah disterilkan , sedang gambut keringnya bertugas sebagai penyerap yang baik. Jadi tanaman pun tidak akan ketularan bibit penyakit, atau kekurangan kelembaban.

Bahan ini sampai sekarang masih terpaksa diimpor, baik dari Inggris, Amerika, maupun Jerman, dan Belanda. Tetapi mestinya para peneliti pertanian kita sudah mulai meneliti kemungkinan mencari bahan pengganti yang sama bagusnya dengan gambut itu dari sumber - sumber dalam negri, seperti rawa -rawa di Kalimantan Barat, Rawa pening dan Rawa Lakbok di Jawa misalnya, di samping pengganti bagi perelite dan vermiculite.

Pada Nutrient Film Technique, yang mengharuskan bibit ditaruh dalam saluran tempat pemeliharaan tanaman yang dialiri cairan makanan dengan kecepatan dan tekanan tertentu, lebih - lebih lagi diperlukan kubus pesemaian seperti Jiffy-7 itu, supaya bibit masih dapat berdiri kokoh jika  dialiri larutan makanan. Tetapi bahan yang dipakai bukan Jiffy-7, melainkan rock wool batu basalt yang lunak keropos.


Panduan Cara Pembibitan Tanaman Hidroponik Dengan Biji Part I

Tanaman hidroponik diperoleh dari pembibitan yang tidak berbeda caranya dengan pembibitan tanaman biasa. Yaitu secara generative, dengan menyemai biji, dan  secara vegaratif dengan menyetek bagian  tanaman yang memang dapat di stek.

Untuk menyemai biji, biasanya disisihkan satu tempat khusus yang terpisah dari kumpulan  tanaman hidroponik lainnya.  Sebab kecambah dan bibit tanaman muda memerlukan perhatian dan perawatan khusus yang berbeda dengan  tanaman tua. Dalam  pemeliharaan sehari – hari  jika dicampur, kurang praktis dan efisien.

Persemaian biji lazimnya berukuran kotak persegi empat. Supaya mudah dan efisien penanganannya selalu ditaruh di atas meja atau para -  para.  Sesudah diisi  dengan pasir steril atau jenis bahan  medium tanam yang lainnya yang ngerokos (mudahnya menyerap dan memegang kelembaban), disirami air supaya basah seluruhnya, tetapi tidak sampai kuyup. Permukaanya kemudian dilubangi dengan ujung pensil yang runcing, sehingga tercipta deretan lubang penanaman berjarak 1 x 2 cm, atau 1 ½ x 2 ½ cm. Tiap – tiap lubang tidak boleh  lebih dalam daripada 0,8 cm.

Biji kemudian disemaikan dalam lubang ini, dan ditutup kembali  dengan pasir steril sampai tidak kelihatan lagi. Jika bijinya lembut sekali seperti  biji tomat dan Lombok, misalnya, sudah tentu lebih praktis disebar  rata saja di atas permukaan medium tanam yang  rata.  Kemudian ditutup kembali  dengan selapis medium yang tipis. Tetapi  biji lain yang besar justru lebih praktis jika disebar secara teratur  dalam beberapa barisan yang rapi. Kecambah yang kemudian tumbuh  rapi pun mudah dan cepat diperjarang untuk diseleksi yang bagus – bagus saja (yang dipertahankan), sedang yang tumbuhnya jelek, cacat, atau ketinggalan pesatnya, dicabut saja untuk dibuang.

Dan jika  sudah tiba waktunya dipindah tanamkan ke pot hidroponik, bibit yang berbaris rapi juga paling gampang perlakuaanya.
Sesudah ditanam, biji perlu disirami air dengan memakai penyemprot supaya cukup basah saja, tetapi tidak sampi tergenang kebanjiran air.

Pada hari berikutnya juga masih tetap disirami  dengan air biasa saja, karena untuk berkacambah  biji itu memang tidak perlu larutan makanan  bahan kimia. Baru sesudah 3 hari (dihitung mulai dari saat disebar itu), mereka perlu diberi larutan makanan seperti tanaman yang sudah dewasa. Larutan boleh dibiarkan merembes terus  keluar dari pot setiap kali penyiraman, tetapi juga boleh ditahan dulu dalam pot dengan jalan menyumbat lubang dasarnya, dan membukanya lagi sesudah 2 hari, jika mendapat giliran penyiraman berikutnya.

Jadi jika ada endapan dalam pot, dapat digentor ke luar oleh penyiraman berikutnya.
Lazimnya, penyiraman dilakukan setiap 2 hari sekali, tetapi sesudah kecambah tanaman tumbuh lebih  besar, penyiraman perlu lebih sering.

Panduan Cara Pembibitan Tanaman Hidroponik Dengan Biji
Part I, Akan dilanjutkan di artikel pembibitan biji Part II.

Pentingnya Penyedian Sumber Air Sebelum Berhidroponik

Sebenarnya, sebelum kita mulai berhidroponik, (apalagi membangun instalasi komersial secara besar-besaran), kita sudah harus tahu pasti sumber air yang akan dipakai, untuk mengairi tanaman dan melarutkan ramuan bahan kimia, makanan tanaman.

Pada permulaan penyelenggaraan hidroponik, selama tanaman masih belum ' melek' dari keterkejutannya dibongkar pasang dari tempat penamamannya yang lama ke tempatnya yang baru), tanaman malahan mengandalkan seratus persen pada air biasa. Air ini selain bertugas sebagai penjaga kelembaban, supaya medium tanam dan tubuh tanaman itu sendiri tidak kering, juga sebagai pengganti jumlah yang hilang oleh penguapan, baik melalui permukaan daun maupun sela-sela kerikil medium tanam.

Cara mengukur Sumber Air yang Baik Untuk Kelansungan Tanaman Hidroponik
Jika air biasa ini memang diambil dari sumur daerah  pedalaman yang terkenal bersih, belum tercemar limbah pabrik  atau limbah macam - macam sumber kotoran, air tidak menimbulkan  masalah. Tetapi jika sumur ini terletak di daerah pantai, mungkin air biasa itu tidak biasa lagi, melainkan luar biasa. Biasanya  ia mengandung sejumlah garam natrium klorida, yang jika terlalu tinggi kadarnya ( lebih dari 10 ppm ) tidak akan menyuburkan tanaman  sebagaimana  kita harapkan. Maka dalam hal ini  harus dicari dulu sumber air lain yang  tidak payau seperti itu, sebagai penggantinya.

Juga air yang sadah karena terlalu tinggi kadar kalsium karbonatnya, tidak akan memuaskan, jika dipakai mengairi tanaman hidroponik. Bukti sudah tidaknya air dapat dilihat secara sederharna pada endapan  kalsium karbonat yan terdapat pada dinding ketel atau panci perebus air bagian dalam. Jika ada endapan, berarti  air yang direbus setiap hari oleh ibu rumah tangga daerah itu cukup lumayan kesadahannya.

Tetapi untuk mengetahui berapakah derajat kesadahan air itu  (kecil, lumayan, atau besar), perlu penetapan dengan memakai kertas penunjuk kesadahan (antara lain dibuat oleh pabrik Kimia E. Merk). Pada  potongan lembar kertas itu ada daerah 4 warna, yang dalam keadaan kering tidak menunjukkan warna. Jika kertas dicelup ke dalam air  contoh yang akan diperiksa, maka air  yang sadah akan mewarnai daerah-daerah itu. Jika tidak ada satu daerah pun yang berwarna , berarti air itu lunak, dan bagus untuk dipakai berhidroponik.

Derajat kesadahannya dibawah 3 derajat celcius dH (Deutsche Harte). Jika hanya satu  daerah yang berwarna, berarti derajat kesadahannya antara 4-7 derajat celcius dH. Dan jika 2 daerah yang diwarnai, berarti 8-14 derajat celcius dH. Jika 3 daerah berarti 16-21 derajat celcius dH. Dan jika ke 4 daerah yang diwarnai : air itu luar biasa sadahnya ( lebih dari 23 derajat celcius dH).

Air yang rendah saja kesadahannya antara 4 dan 14 derajat celcius dH, yang dimana masih dapat dilunakkan dengan membubuhkan bahan kimia pendobrak ion (antara lain ada yang dijual dengan nama Lewatit HD 5, buatan Bayer, Luwasa, dan Leni hydrokultur). Bahan itu berupa bahan  penyerap sintetik yang sudah dijejali unsur makanan pekat yang awet tahan lama dipakai sampai 6 bulan. Ia akan menyerap dan mengikat ion-ion bebas penyebab kesadahan air, sehingga air dapat berubah lunak, dan sebagai penggantinya  ia mengeluarkan ion-ion mineral, unsur makanan bagi tanaman, ke dalam larutan, yang sedang mengairi pot hidroponik.

Selama yang dilunakkan itu air sadah rendah  yang dipakai secara kecil - kecilan , seperti hidroponik rumah tangga, maka kesibukan itu tidak menimbulkan masalah yang merepotkan. Tetapi jika air itu akan dipakai untuk hidroponik komersial, jelas diperlukan kembali instalasi perlunakan air yang lebih berat dan mahal. Di pasaran mesin industri, kebetulan sekali dewasa ini banyak dijual macam - macam alat water softener seperti  yang biasa dipakai dalam pabrik minuman lunak itu. Alat itu jelas dapat dimanfaatkan juga untuk instalasi hidroponik komersial.

Di daerah yang tanahnya gambut, seperti Pontianak, Banjarmasin, Telanaipura, dan lain-lain yang air sumurnya asam karena pengaruh tanah gambut, juga tidak menguntungkan membangun isntalasi hidroponik. Tetapi baik air  payau  maupun air asam, dapat kita ganti dengan air hujan, yang tentu hanya dapat dikumpulkan pada musim hujan saja.

Salah satu cara mengumpulkan air hujan di daerah yang luar biasa itu ialah denga cara membangu kolam yang dilapisi (bagian dalamnya) dengan lebaran plastik polytena hitam setebal 0,25 mm. Jenis plastik ini terkenal tidak melepaskan zat beracun bagi tanaman nanti. Dan warna hitam dianjurkan, kerena jika putih bening, plastiknya kurang begitu tahan terhadap daya perombakan sinar ultra violet dari matahari.

Bagi tepi kolam yang tajam (misal karena ada ujung babtu yang degil),harus diratakan dahulu dengan timbunan tanah atau pasir setebal paling sedikit 5 cm. Barulah lembaran plastik dapat dilapiskan dengan aman. Sambung-sambungan yang diperlukan dapat dengan mudah diusahakan dengan pengeleman dengan panas setrika listrik.

Sesudah terpasang, lembaran plastik  itu harus ditindih dnegan beberakang kantong plastik polytena berisi pasir atau tanah, supaya tidak kabur diembus angin.

Air hujan yang kemudian terkumpul dalam kolam plastik itu dapt kita pandang sebagai air murni yang bebas dari macam  macam garam atau asam. Asal kolam itu dibangun di daerah yang udaranya tidak tercemar oleh asap industri kimi dekat pelabuhan, atau asap knalpot mobil daerah perkotaan. Daerah tercemar seperti ini sama berbahanya bagi tanaman dengan daerah air payau atau air asam tanah gambut.

Bagaimana Penyediaan Larutan Mineral Yang Benar?

Cara apapun yang  kita pilih, apakah bertanam dalam pot bunga, pot gantung, pot bersumbu, kantong plastik, saluran benggala, ataupun bak di kebun, penyelenggaraan tanaman hidroponik  pada dasarnya sama saja. Yaitu menyediakan da mengalirkan larutan mineral sebagai unsur  makanan  bagi tanaman, menjaga kepekatan larutan dan darajat  keasamannya, menyemai bibit, dan mencegah hama dan penyakit.

Penyediaan Larutan Mineral
Unsur makanan yang diperlukan oleh tanaman bermacam – macam. Beberapa di antaranya mungkin sudah ada dalam air penyiram, tetapi beberapa unsur tertentu harus selalu kita berikan secara berkala (jika tidak setiap hari, mungkin juga setiap minggu), karena unsur itu memang tidak terkandung dalam air penyiram biasa. Yaitu unsur nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, belerang, besi, mangan, seng, bor, tembaga, dan molybden. Mereka tidak  hanya  harus dibubuhkan secara berkala begitu saja, tetapi juga dipertahankan kepekatannya  yang tepat, sesuai keperluan.

Apa kegunaan unsur itu bagai tanaman, sampai mutlak harus disediakan, dan dalam bentuk bahan kimia apa ia dapat kita peroleh (garam mineral, pupuk buatan, pupuk pabrik, atau pupuk anorganik).

Bagi tanaman hidroponik dalam pot, nicholls mengajukan  2 macam resep untuk ramuan bahan kimia garam mineral. Ada bahan yang merupakan obat kimia yang dapat  dibeli apotik aja, dan ada yang berupa pupuk yang dapat dibeli di apotik saja, dan, ada yang berupa pupuk yang dapat di kios penjualan pupuk dan alat pertanian.  Ia berangkat dari pemikiran, bahwa para penggemar hobi hidroponik pemula, yang hanya memakai beberapa buah pot saja sebagai  kegemaran, tentu ingin meramu bahan kimia yang sedeharna dan praktis.

Beberapa penggemar malah lebih senang membeli bahan jadi yang siap pakai saja yang sudah diramu oleh toko, atau penjual bahan hidroponik tertentu.

Bahan kimia itu semua ditimbang dengan seksama dan dicampur aduk dalam panic plastic yang kering. Bahan berupa gumpalan harus dihancurkan sambil diaduk dengan sepotong kayu kering, sampai  diperoleh serbuk yang serba sama. Serbuk campuran ini kemudian  disimpan kering dalam wadah yang dapat ditutup rapat, sebelum tiba waktunya dipakai. Setiap kali menyiram tanaman hidroponik, hanya diperlukan 10 gram ( 1 sendok the ukuran amerika, bukan  sendok teh ukuran Asia) saja, dari serbuk campuran bahan itu, untuk dilarutkan dalam 4 liter air. Sebelum dipakai harus  diperikasa dulu apakah semua bahan sudah larut betul dalam air, dan tidak ada yang masih mengendap sebagai serbuk di dasar wadah.

sumber: pengalaman pribadi

Rumah Plastik model Jepang, Sebagai Tempat Tanaman Hidroponik

Rumah Plastik ini salah satu bentuk green house. Kerangka bangunan untuk meyangga tudung plastik cukup yang sedeharna, dari bahan murahan seperti bumbu belah, atau (jika ingin memakainya berulang kali), dari pipa aluminium seperti yang ingin memakainya berulang kali), dari pipa alumunium seperti yang banyak dipakai untuk membuat antena TV asal tidak nudah roboh tertimpa hujan lebat.

Pipa semacam itu dilengkungkan dan kedua ujungnya ditancapkan dalam tanah begitu saja, sehingga membentuk kubah setengah lingkaran. Jarak antar pipa melengkung sebaiknya 75 cm. Dan semuanya diperkuat dengan batang bambu panjang yang diikat membujur sepanjang bedengan, agar menahan mereka jangan sampai roboh atau miring tidak saling sejajar lagi.

Jika harga rotan mentah teryata lebih murah daripada pipa aluminium, tentu saja lebih bijaksana memakai rotan bergaris tengah 2 cm saja daripada pipa aluminium.

Atap yang dipakai  berupa plastik PVC (polyvinyl choride) yang tebalnya kurang lebih 0,10 mm. Menutupkan di atas kubag kerangka tidak hanya sebagai atap di bagian atasnya saja, melainkan menutup sisi samping saja. Pada musim hujan, pasti ada udara di luar sekitar rumah plastik itu akan lembab sekali sampai tanaman musim kemarau seperti bawang merah ( yang biasa hidup di udara kering) dapat kedinginan.

Vinyl house untuk musim hujan terkurung plastik sama sekali, sehingga mampu menjaga kemantapan sushu hangat dan lengas udara yang rendah di dalamnya. Mengingat di daerah beriklim panas seperti di indonesia, hari hujan bisanya diselingi dengan pagi yang cerah terang benderang, maka sebenarnya usaha mempertahankan suhu hangat dan lengas udara rendah itu tidak begitu sulit, dibanding dengan beriklim empat atau subtropis seperti Negara Amerika Utara, Jepang Tengah, atau Belanda Selatan, yang petaninya terpaksa bergulat lebih keras melawan iklim yang lebih ganas.

Namun meskipun mengurung rapat, rumah plastik itu masih dapat leluasa menukarkan udara pengap di dalamnya, dengan udara segar dari luar, sehingga tanaman tidak sesak nafas. Sudah tenu ini hanya  dapat diselenggarakan jiak kebetulan tidak hujan dan matahari bersinar terang. Maka plastik digulung ke atas setengah badan, sehingga "pondok" itu terbuka bagian bawahnya.

Begitu udara mulai mendung atau suhunya mulai turun, tudung plastik yang  tergulung itu dibuka lagi supaya mengurung pondok kembali, sampai ke bawah, mencapai tanah. Ia rapat lagi sebagai pintu untuk keluar-masuk para pekerja , pada salah satu ujung pondok dipasang kosen seperlunya dari kayu, berikut daun dari plastik juga.

sumber: Pengalaman Pribadi

Mengenal Budidaya Tanaman Hidroponik Komersial dengan Pola Green House

Sebelumnya kita sudah membahas beberapa artikel tanaman hidroponik rumahan (skala kecil), dan saat ini bagaimana bercocok tanam dengan hidroponik komersial dalam hal ini skala besar. Hidroponik komersial ini lebih banyak digunakan menghasilkan bunga, sayuran, dan buah-buahan sebagai dagangan.

Ada yang dilakukan dalam green house sebagai semacam rumah pemeliharaan, jika cuacanya kurang membantu,, dan ada dilakukan di area terbuka, jika cuacanya sangat membantu.  Hidroponik dalam green house banyak dilakukan di Negara - negara subtropis seperti Eropa, Amerika, Jepang, dan di area tandus seperti Negara Arab, dan Australia Utara. Di negara sendiri yaitu Indonesia, hidroponik komersial tidak memakai green house seratus persen, tetapi di atas lahan setengah terbuka, dengan atas pelindung dari plastik yang terutama melindungi tanaman terhadap air hujan.

Sampai akhir tahun  1983, satu-satunya usaha hidroponik komersial dilakukan oleh Kemfarm ,di desa Cireundeu, Kelurahan Lebakbulus, Kecamatan Cilandak, Wilayah Jakarta Selatan, yang masih bersih udaranya.

Green House sebagai Kebun Beratap
Istilah green house yang diciptakan di Amerika Serikat disebut demikian karena merupakan bangunan tempat menumbuhkan tanaman yang dapat sepanjang tahun hijau terus, meskipun di luar sedang musim gugur atau musim dingin. Atap dan dinding rumah ini dulu terbuat dari kaca, sehingga orang Eropa menyebut beratap kaca itu glass house.

Berbagai Jenis Rumah Kaca "Glass House"
Mengapa orang mau membangun green house dengan susah payah? Karena dengan bangunan itu suhu, kelembaban, cahaya, dan lain keperluan tanaman dapat diatur sampai ke sayuran musim dapat ditanam sepanjang tahun. Dan sayuran ini dapat dijual diluar musim dengan harga selalu berlipat ganda.

Biaya pengusahaan dapat dengan mudah ditutup oleh keuntungan yang diperoleh.

Bentuk green house di negri asalnya bermacam - macam. Ada yang berbentuk los seperti gudang tembakau dan berdiri sendiri di tengah  lapangan terbuka. Ada yang menempel pada dinding rumah, ada juga yang berukuran kecil, sebagai window green house dan sun room., menempel di rumah juga.

Di Negara Jepang, orang mula - mula memakai kaca sebagai atap green house, tetapi setelah ditemukan plastik polivinil klorida pada tahun 1950, mereka beralih memakai plastik ini, yang dikalangan mereka dikenal sebagai agricultural vinyl. Selain lebih murah, bahan ini juga tidak mudah robek dan mampu menahan panas, sehingga cocok dipakai untuk mengurung sayuran  yang akan ditanam pada permulaan musim semi, mendahului musim tanam di ladang biasa.

Sementara diluar suhu udara masih dingin, dan belum cukup membantu,suhu dibawah vinyl house yang sudah dipersiapkan demikian sudah cukup hangat untuk memulai bercocok tanam. Itu dapat terjadi, karena tinggi vinyl house dibuat seminim-minimnya, cukup untuk tidak menghambat menghalangi - halangi pekerja yang berdiri tegak didalamnya saja sehingga mudah memanasi ruangan dengan hanya kecil itu. Ini jelas berbeda dengan ukuran tinggi green house yang biasa dibangun di Eropa dan Amerika.

Dari berbagai jenis bentuk vinyl house yang dibangun di Jepang itu (mulai dari bentuk los beratap baja, beratap melengkung, beratap tiga perempat, sampai bentuk venlo seperti di negri Belanda), yang paling menarik ialah terowongan. Mungkin bentuk ini dapat kita tiru untuk bertanama bawang putih di daerah pegunungan yang malam harinya terlalu dingin sampai tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Dan bawang merah di dataran rendah pada musim hujan, di luar musim tanam biasa. Tentu harus disesuaikan dengan kondisi setempat.

Tanaman Hidroponik #6 : Pemberian Cahaya Lampu Pada Tanaman

Tanaman itu membutuhkan sinar matahari yang cukup, agar dapat berfotosintesis dan tumbuh normal seperti tanaman lain yang dipelihara di pekarangan luar rumah. Tetapi bagaimana jika anda meletakkan tanaman di dalam rumah yang jauh dari cahaya sinar matahari? Bagaimana Solusinya?
Solusinya adalah pengganti cahaya matahari yaitu Lampu TL.

Apa itu Lampu TL?
Lampu TL jika diperpanjang adalah tube luminescence dalam bahasa Prancis atau dalam bahasa inggris Fluorescent. Dan juga disebut Lampu neon bagi kita orang indonesia. Lampu TL ini sangat membantu dalam penyediaan cahaya didalam ruangan, dan sampai sekarang banyak dari pecinta tanaman hidproponik memilih membudidayakan tanaman di dalam ruangan.

Lampu TL lebih sejuk, kira-kira 5 kali lebih sejuk daripada lampu pijar, sehingga tanaman yang disinari olehnya tidak menderita kepanasan. Dulu ketika Lampu TL masih berupa tabung yang lebih banyak menyinarkan cahaya yang mendekati gelombang warna biru daparipada warna merah, sampai ia tidak dapat cepat panas, berkebun dengan lampu tidak memuaskan tanaman hias karena tanaman hias tidak tumbuh bagus sebagaimana yang diharapkan. Di alamya yang asli, tanaman hias yang kita pelihara diluar rumah memang selalu menerima cahaya matahari penuh yang menyinarkan semua gelombang sinar.

Untunglah bahwa di pasaran lampu kemudian dijual tabung lampu TL dari jenis day light (yang sering di tulis dengan D-lite pada lampu yang bersangkutan), yang  selain masih sejuk nisbi juga lebih lengkap menyinarkan semua jenis  gelombang sinar yang diperluakan oleh tanaman. Maka berkebun dengan lampu sekarang ini boleh dikatakan sudah tidak ada masalah lagi.

Dengan penerangan lampu TL-Dlite ini, merahnya kelopak bunga justru Nampak lebih merona, sedang hijaunya daun lebih berseri-seri. Tidak mengherankan bahwa berkebun semacam ini malah lebih baik  hasilnya daripada berkebun di halaman luar rumah. Sebab, keperluan  tanaman dapat dipenuhi  secara lebih baik. Siang malam, sepanjang tahun, dapat saja kita mengurusnya terus-menerus, tidak terganggu oleh musim hujan penyakitan, atau kemarau panjang kering.

Cahaya Lebih Terarah
Di kota besar yang padat penduduknya, hobi ini makin popular di kalangan ibu rumah tangga. Kebanyakan dari mereka meletakkan potnya yang berlampu di pojok ruangan yang kosong, atau di bawah tangga  ke kamar tidur tingkat atas.

Ada juga yang meletakkan potnya di atas meja dorong atau rak beroda dari kayu atau aluminium (atau pipa baja berlapis  krom) yang  bertingkat  seperti  rak buku perpustakaan mutakhir. Tetapi hanya  dua atau tiga tingkatan. Tiap tingkat diberi sepasang tabung lampu TL sepanjang 1 meter. Karena kaki rak itu beroda, ia dapat didorong pindah tempat, kemana saja yang diinginkan. Mereka yang mampu  malah membuat satu perangkat rak tanaman beroda semacam itu untuk tiap kamar. Termasuk kamar tidur.

Mereka yakin bahwa dengan kehadiran tanaman dalam kamar itu udara dapat senantiasa bersih kembali pada siang hari, karena selalu terisap gas karbondioksidanya yang mengotori  kamar itu, oleh karena itu , dengan proses fotosintesis daun tanaman hijau. Dan sebagai hasil fotosintesis ini  tanaman mengeluarkan oksigen murni yang menyegarkan.
Sayang pada waktu malam proses itu berhenti ,sehingga jika malam tiba  pembersihan  ruangan tidak terjadi lebih lanjut.
Namun demikian para penggemar artificial light gardening tetap membiarkan rak berisi deretan pot tanamannya dalam kamar, walaupun malam tiba. Sebab jumlah  potnya hanya sedikit. Jumlah karbondioksidanya  yang mereka embuskan waktu malam tidak begitu berarti.

Tabung lampu untuk menyinari tanaman itu diberi  tudung  yang selain berfungsi  sebagai kap cahaya nya  tidak  mengarah  ke atas (dan terbuang  percuma, menyilaukan mata), juga berlaku sebagai reflector (pemantul cahaya) ke arah tanaman yang berada di bawahnya.
Tetapi  selagi tanaman masih rendah harus diusahakan benar agar jarak antara lampu dan pot kira – kira sejauh 25 cm. Baru jika tanaman sudah besar, jarak lampu disesuaikan lagi kira – kira  menambah sampai 45 cm.

Kemudian hanya perlu dijaga agar tanaman senantiasa menerima cahaya yang seimbang. Jika daun teryata menggerombol rimbun buntek-buntek, tandanya mereka menerima cahaya teralalu banyak , karena lampu yang dipasang  terlalu dekat, contoh: Karena tanamannya kurang banyak.

Dan sebaliknya, jika daun teryata  tumbuh jarang dan panjang – panjang, maka mereka perlu cahaya lebih banyak. Kemungkinan hal ini terjadi dikarenakan lampunya terlalu jauh atau jumlah tanaman untuk satu lampu.

Pengukuran Cahaya
Jumlah cahaya yang diperlukan umumnya dinyatakan dalam watt, supaya mudah dimengerti. Yaitu 15-20 watt bagi tiap 1.000 sentimeter persegi permukaan medium tanam dalam pot.
Tetapi tanaman hidroponik tidak perlu diterangi siang malam terus – menerus selama 24 jam. Tanaman tempat teduh seperti suplir pakis kawat, dan beberapa jenis anggrek hanya perlu penyinaran selama 12 jam saja (misalkan dari jam 07 pagi sampai jam 07 malam wita). Tanaman yang biasanya tumbuh  di tempat terbuka, hanya perlu  penyinaran 16 jam. Sesudah itu tanaman tersebut  perlu suasana gelap.

Beberapa pun yang diperlukan, baik lama mapun tidak, sebenarnya yang penting bukan berapa maksimalnya, tetapi berapa minimalnya yang mutlak diperlukan, supaya tanaman tidak merana.
Umumnya, cahaya minimum yang disyaratkan ini berkisar antara 250 – 500 foot candles.
Satu foot candles ialah jumlah cahaya yang menyinari permukaan satu kaki persegi, sejauh satu kaki dari sumber  cahaya lilin yang sedang menyala.

Jumlah cahaya ini dapat diukur dengan alat pengukur cahaya yang biasa dipakai dalam bidang fotografi, tetapi yang skalanya dinyatakan dalam foot candles.
Tempat cahayanya yang  sudah jelas terang, sudah tentu tidak perlu diukur, karena boleh dipastikan tidak akan menimbulkan masalah dalam perawatan tanaman. Tetapi tempat yang gelap, harus diukur. Alat pengukur dipasang lebih kurang 30cm dari calon tempat menaruh pot, hingga cahayanya  yang terbanyak jatuh pada permukaan alat itu yang  mengandung sel foto. Pengukuran dilakukan sepanjang hari, setiap 2 jam sekali.

Dan yang dicatat tidak hanya jumlah cahaya saja, tetapi juga  berapa lamanya cahaya itu menerangi tempat itu. Jika angka yang ditemukan teryata tidak kurang dari 250 foot candles, setelah dibantu dengan cahaya lampu TL, maka tempat itu boleh dipakai.

sumber: Berbagai pengalaman sahabat saya 

Tanaman Hidroponik #5: Pot Bertangki dan Kantong Makanan

Pot Bertangki dan Kantong Makanan
Yang tidak kalah menariknya dalam berbisnis tanaman hidroponik rumah ini ialah penemuan hydro-nik dari plastic oleh Wolfgang Blaicher dari Mannheim, Jerman Barat, yang mencari akal bagaimana mengatasi masalah pengairan, agar sekali memberi dapat awet tahan lama, tidak usah sering memberi berkali-kali lagi.

Blaicher berangkat dari pendapat (berdasarkan kenyataan), bahwa akar tanaman sebetulnya tidak perlu terendam air sampai basah kuyup, Jika basah kuyup malah mati konyol.

Karena itu, air untuk mereka mestinya yang tipis saja di dasar wadah, sehingga cukup jauh letaknya dari ujung akar.

Di tanah kebun biasa juga bukan air yang kuyup yang diperlukan oleh akar tanaman, tetapi kelembaban uap saja, yang menerobos di celah-celah butiran tanah.

Pemakaian Tangki Air
Jika pot tempat tumbuh tanaman dapat dimuat bersama-sama dengan wadah persedian air yang mampu mengalirkan air sedikit demi sedikit sebanyak yang diperlukan untuk mempertahankan permukaan air yang cukup jauh letaknya dari akar tanaman saja, maka akar ini sebenarnya sudah dipenuhi syarat hidupnya, sesuai irama kehilangan air oleh penguapan sehari-hari.

Air dalam tempat persediaan itu dapat tahan lama dipakai sedikit demi sedikit, dalam waktu jangka panjang. Terciptalah kemudian hydro-tank plastic yang dimintakan hak patennya pada semua kantor paten seluruh dunia.

Tangki ini berbentuk silinder seperti tangki minyak kereta rel saja, dengan garis tengah dan ukuran panjang bermacam-macam bergantung pada pot yang akan dilayaninya. Pada salah satu ujungnya  ada lubang sebesar ibu jari, tempat memasukkan air.

Jika sudah terisi penuh, ia dipasang dalam ruangan khusus di wadah pot ( yang memang dirancang secara khusus pula, agar dapat memuat tangki di samping pot) lalu diputar 180 derajat supaya lubang yang semula menghadap keatas itu menghadap ke bawah.

Jelas airnya mengalir keluar membasahi dasar wadah pot. Tetapi tangki harus diputar kembali sedikit, supaya lubangnya agak naik lagi berapa naiknya, bergantung pada berapa tinggi permukaan air yang diinginkan.

Pada tangki itu tercantum skala, dari 0 mm sampai 30 mm. Tinggal memutar saja sehingga angka yang diinginkan menghadap tepat ke atas. Maka air akan menggenangi wadah setinggi angka (dalam mm) yang ditunjukkan itu.

Untuk menyembunyikan tangki, wadah pot berdesain khusus itu mempunyai tutup yang tepiannya tegak, sehingga dapat ditaburi kerikil sampai tidak terlihat lagi bahwa itu tertutup.

Sesudah 2-4 minggu, jika tangki itu dilihat kembali sesudah dibuka tutupnya, dan air teryata sudah hampir habis, tangki cukup diputar saja supaya lubangnya menghadap ke atas saja.

Kemudian diisi dengan air baru sampai penuh, dan diputar lagi sesuai angka pada sekala. Maka ia pun akan bertugas mengairi pot hidroponik sedikit demi sedikit sesuai irama penguapan lagi.

Penemuan Kantong Makanan

Bersamaan dengan pencarian akal, bagaimana caranya mengairi tanaman secara awet itu, ada pula pencairan akan bagaimana caranya memberi makanan yang juga dapat tahan lama. Jadi tidak perlu sering mengangkat pot untuk mengganti cairan makanan lagi.

Terciptalah kemudian “makanan keringan” (pupuk tanaman) yang dibungkus dengan kertas saring tebal seperti teh celup saja. Atau dibungkus dengan cetakan plastic berpori halus, seperti filter plastic untuk menyaring air ledeng kotor itu.

Dengan penemuan kantong the ( orang Jerman menyebutnya Teebeutel) ini, meskipun tidak berisi teh kita tidak perlu lagi menyiramkan larutan makanan setiap kali larutan yang diberikan sebelumnya sudah habis. Cukup memberi air bersih biasa saja, untuk melarutkan bahan kimia dalam Teebeutul yang sudah ditaruh dalam wadah itu. Airnya dapar berasal dari Hydro-tank yang sudah diceritakan di muka.

Umumnya bahan kimia ini dibuat begitu pekat sampai tahan 3-4 bulan. Cukup dengan pengisian air baru setiap 2 seminggu atau 1 bulan saja, jika air sudah surut.

Penukaran ion
Teebutel itu kemudian disempurnakan berupa embalau sintetik yang dimuati penuh dengan semua unsur makanan yang diperlukan tanaman, dalam bentuk ion. Oleh pabrik Bayer di Leverkusen, paket makanan berisi ion ini dipasarkan sebagai Lewatit HD 5.

Kita sudah tahu, bahwa akar tanaman menyerap unsur makanan dalam bentuk ion. Namun ion dalam HD 5 yang tersekap kokok secara kimia itu baru bisa diambil jika ada ion garam (berasal dari air penyiraman) dan ion metabolit (hasil metabolisme) tanaman, yang hadir.

Ada semacam penukaran ion dari embalau ke air (dan sebaliknya), berdasarkan kehadiran ion metabolit yang dikeluarkan oleh akar tanaman. Ion metabolit ini mempunyai  daya pengaturan laju penukaran juga.

Menghambat (waktu tanaman istirahat malam) atau memperlancar (waktu giat - giatnya tumbuh pada siang hari).

"aturan main" ini begitu cermat, sampai tidak mungkin terjadi keadaan gawat, yang membuat akar tanaman merana, gara-gara larutan kimia yang teralalu pekat.
Sebab, HD 5 selalu menyesuaikan pelepasan ionnya dengan keperluan akar tanaman, yang bergantung pada laju metabolismenya. Dan laju ini terlihat pada jumlah banyaknya ion metobolit yang dikeluarkan.

HD 5 itu dapat digunakan secara hemat sampai enam bulan tanpa ada pergoncangan yang menyolok antara kepekatan terlalu tinggi dan kepekatan terlalu rendah. Dengan memakai HD 5 ini (yang dipasarkan dasar pot saja) itu, penyelenggaraan hidroponik dalam pot lebih dipermudah lagi.

Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 4: Pemakaian Kerikil Sintetik

Baik pot bersumbu maupun pot berpenunjuk mengandalakan kemampuannya menyalurkan (menyerapkan) cairan makanan di dasar wadah (pot luar) ke akar tanaman di atasnya, melalui media tanam yang mestinya mampu menahan cairan itu selama mungkin, sebelum cairan itu diserap oleh akar tanaman. Pasir kali, tumbukan bata atau pecahan genting dirasakan masih terlalu cepat melepaskan cairan ke udara lagi, sehingga kurang awet mempertahankan kelembaban.

Terciptalah kemudian kerikil sintetik lecaton buatan inggris dan blahton buatan jerman barat yang diiklankan sebagai medium tanaman hidroponik yang tak tertandingi daya serapnya terhadap air, dan daya penahanannya juga. Bahan ini mampu mempertahankan kelembaban yang diinginkan oleh tanaman tanpa harus menderita kekurangan oksigen karena kuyupnya. Ia cukup higroskopis, namun juga cukup leluasa meneruskan udara, berkat rongga-rongga di dalamnya.

Baik lecaton maupun blahton yang dibuat dari tanah liat, yang sebanyak mengandung garam karbonat, yang sudah dijadikan adonan basah berbentuk kerikil dengan macam-macam ukuran ( mulai dari 5 mm sampai dengan 15 mm), dibakar dalam tanur bersuhu tinggi,  supaya karbonatnya terbang sebagai gas meninggalkan rongga-rongga kosong di antara tanah liat yang sementara itu juga ikut mengering, seperti batu bata atau genting. Warnanya juga merah bata seperti genting. Kerikil ini berongga udara seperti sepon atau batu apung, yang ringan sekali sampai mengapung juga dalam air. Istilah Blahton orang Jerman berarti batu bergelembung (maksudnya berongga udara), sedang istilah lecaton orang inggris berasal dari LECA yang merupakan singkatan dari Light Expanded Clay Anggregate, dan ton dari penamaan bagi batu.

Sebagai barang impor bagi indonesia, kerikil sinetik ini masih mahal harganya, karena memang masih baru dan ekslusif. Tetapi sebenarnya, daripada memakai (atau meniru membuat untuk dipakai) batu bergelembung sinetik itu, alam vulkanik kita sebenarnya melimpah ruah menghadiahi batu apung yang biasa kita pakai sebagai batu gosok porselin kamar mandi itu (dan juga daki-daki pada kaki). Batu apung ini batuan beku (hasil pengristalan lava gunung berapi), yang proses pembuatannya menjadi berongga-rongga juga seperti proses pembuatan lecaton dan blahton itu, tetapi terjadinya hanya jika ada gunung yang meletus saja. Batu ini menyerupai karet busa (jika dipecah dan dilihat bagian dalamnya), akibat terbangnya gas atau uap sebelum mendingin kembali. Ia lebih murah, (karena tinggal mengumpulkan dari daerah aliran sungai gunung berapi yang sudah melempem saja), daripada mendirikan pabrik pembuatan batu sintetik dengan tanur tinggi.

Sudah pasti ada perbedaan daya penyerapan air antara batu apung dan kerikil sintetik impor. Perbedaan ini dengan mudah dapat diatasi dengan memperbesar atau memperkecil butiran batu apung yang dijadikan kerikil.

sumber: Pengalaman dan Beberapa Dari  Teman Sehobi

Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 3: Pemakaian Pot Berpenunjuk

Karena pot bersumbu ini tidak menjamin kelancaran penyerapan cairan makanan oleh akar tanaman meskipun sumbunya sudah basah kuyup, ada pabrik alat-alat hydroculture yang menciptakan pot yang tidak usah memakai sumbu, tetapi celah untuk meresapkan cairan ke kerikil medium tanam itu saja diperbanyak dan diperlebar, sehingga peresapan cairan ke medium tanam tidak dengan perantaraan sumbu, tetapi secara lansung.

Selah ini pun tidak dibuat di dasar pot, tetapi pada sisi samping dekat dasar. Untuk tanaman hidroponik dalam skala besar, pot bergaris tengah 20 cm malah berupa keranjang plastik, mirip sekali dengan keranjang cucian binatu mini.

Deretan celah yang banyak, sampai seperti terali penjara tikus ini dimaksudkan supaya akar tanaman yang melayang di atas cairan makanan nanti tidak akan kekurangan oksigen. Suatu hal yang dulu sering terjadi dalam pot yang celahnya sedikit dan sempit. Sebab media tanam yang dipakai berupa pasir. Sekarang orang lebih banyak memakai kerikil yang lebih besar butirannya daripada pasir.

Pot jenis ini juga diberi satu saluran tegak pada salah satu sisi dindingnya untuk menyelipkan pipa gelas berisi batang penunjuk permukaan cairan. Dengan penunjuk ini, kita memang dapat mengetahui apakah cairan makanan di bawah timbunanan kerikil itu masih cukup banyak, ataukah tinggal sedikit.

Pangkal bawah batang penunjuk itu berupa bola pelampung yang dapat naik turun oleh tekanan cairan di dasar wadah (pot luar). Ujung atasnya akan menunjukkan batas maksimum, kalau cairan di dasar wah masih culup banyak menggenai media tanam, melebihi tinggi dasar pot bagian tengaj. Ia akan turun menunjuk batas optimum, jika cairan sudah surut mencapai dasar pot persis, dan turun lebih rendah lagi menunjuk batas minimum, jika cairan sudah surut jauh di bawah dasar pot.

Dalam praktek, kita mengisikan cairan sampai batas antara optimum dan maksimum saja. Jika larutan makanan ini kemudian surut sampi minimum (Sesudah masa pemeliharaan tertentu), pot disirami kerikilnya dengan air biasa saja sampai permukaannya ditunjukkan sebagai optimum. Hanya setelah larutan yang lama diairi secara berulang-ulang sampai tiga kali saja, perlu ada penggatian larutan makanan yang baru sama sekali. Pot diangkat, dan wadahnya dibersihkan dulu dari endapan garam - garam, sebelum disi dengan larutan makanan yang baru.

Batang pelampung penunjuk persediaan air itu dapat kotor ditumbuhi macam-macam ganngang, dan cendawan; yaitu jika sudah dipakai berkali-kali. Dan kotorannya tidak tanggung-tanggung tebalnya (maklum, lingkungannya memang subur dan makmur makann), sampai ia macet tidak dapat bergerak naik turun menunjukkan permukaan air dengan tepat lagi. Permukaan air yang sudah surut gawat masih ditunjukkan sebagai optimum saja. Tahu-tahu, tanaman sudah layu sebelum berkembang, karena kita tenang-tenang saja tidak mengurus.

Kesulitan ini sudah tentu dapat diatasi dengan mudah, dengan rajin-rajin membersihkan batang penunjuk yang sudah kotor itu. Pada pot hidroponik buatan Leni Hydrokultur, permukaan air tidak perlu ditunjukkan oleh batanng penunjuk dalam tabung gelas, tetapi dapat diintip melalui jendela kaca kecil pada dinding wadah yang memuat pot dan air. Pot berjendela kaca agaknya lebih sedeharna perawatannya, meskipun lebih mahal daripada pot yang bertabung penunjuk, dan pot bersumbu.

Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 2: Persiapan Pot Tanaman dan Penjagaan Kelembaban

Seri Pertama Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan  kita sudah memabahas cara bertanam dengan sumbu dan apa sumbu yang dipakainya. Dalam seri kedua ini adalah kelanjutan yang pertama. Dimana kita belajar bagaimana persiapan pot dan cara menjaga kelembaban pada pot tanaman.  Untuk pembahasan bisa anda baca dibawah ini:

Persiapan pot dan tanaman
Penanaman dalam pot hidroponik dilakukan seperti penanaman dalam pot biasa, dengan beberapa perubahan, sehubungan dengan bentuk pot yang dirancang secara khusus itu. Mula-mula, pot hidroponik disi dengan butiran kerikil yang berukuran besar dulu. (Dulu kita memang mamakai pasir kali, tumbukan bata, atau pecahan genting tapi kini sudah dapat memakai kerikil sintetik, atau mungkin juga kerikil dari batu apung), sehingga memenuhi 2/3 bagian (diukur dari dasar). 

Lazimnya dipakai kerikil yang garis tengahnya rata-rata1 1/2 cm. Makin ke atas nanti, kerikil yang diisikan untuk memenuhi pot harus makin kecil ukurannya. Jadi lembab yang terserap di daerah bawahan itu dapat tahan lama lembabnya, karena lebih banyak yang terserap oleh butiran kerikil yang besar, sedang penguapan air di daerah atasan dapat tercegah sedikit mungkin, karena butiran kerikil yang kecil di daerah atasan mampu memenuhi karena butiran kerikil yang kecil di atasan mampu memenuhi ruangan, sampai lebih padat. 

Jika tidak diatur begini, (misalnya butiran dibuat sama besarnya, atau sama kecilnya), maka cairan yang mestinya tahan lama diserap kerikil, tidak dapat tahan lama.

Jika pot sudah terisi 2/3 bagiannya dengan kerikil, barulah ia siap untuk ditanami.

Sementara itu, tanaman yang akan dihidroponikkan dicuci akarnya sampai bersih. Biasanya tanaman hias yang kita beli dari penjual bibit ditanam dalam pot wadahnya yang lama berisi tanah dan pupuk kandang. Jelas, membersihkan akar tanaman ini harus berhati-hati benar ( sebaiknya di bawah pancuran air ledeng yang mengalir kecil), jangan sampai terlalu banyak merusak ujungnya yang lembut. Akar yang terlalu panjang sebaiknya dipotong saja sebagaian.

Cara Menjaga Kelembaban
Sesudah dipasang dan ditahan di tengah pot dengan tangan kiri, akar tanaman ditimbuni lebih lanjut dengan kerikil sampai batas leher akar atau garis tanah-nya. Garis tanah ialah batas tempat munculnya batang tanaman dari permukaan tanah. Ini mudah ditemukan, karena warna bagaiannya yang berada di bawah batas itu biasanya berbeda dengan yang berada di atasnya.

Sesudah itu tanaman tertanam rapi, pot dipasang dalam wadahnya, tetapi masih belum perlu diberi larutan makanan dulu. Sebab, tanaman toh belum pulih ujung akarnya yang rusak, waktu dibongkar pasang dari tempat tumbuhnya yang lama ke tempat penanamannya yang baru itu.

Ia belum mampu menyerap unsur makanan. Namun demikian, ia mutlak perlu disemprot dengan air biasa, untuk mengimbangi kehilangan air karena penguapan. Dan kerikil medium tanamnya pun perlu dibuat lemba terus, dengan jalan mengairinya sampai batas maksimal yang dibolehkan oleh wadah pot.

Penyemprotan tanaman dengan air biasa ini harus dilakukan setiap hari, selama tanaman masih belum segar kembali. Penyemprotan harus memakai alat penyemprot halus seperti yang biasa dipakai menyemprot obat serangga ke tanaman itu.

Selama itu pula, tanaman harus dikerundungi dengan kantong plastik bening, setiap kali selesai disemprot dan diari kerikilnya, supaya tidak terlalu banyak menguapkan air dan layu sebelum berkembang.

Biasanya, masa gawat sebelum bangun segar kembali ini sepanjang 2-3 minggu. Sesudah itu barulah kerudung plastik.

sumber: Pengalaman 


Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 1: Bertanam Dengan Sumbu Kain

Sejak metode bercocok tanaman hidroponik ini menyebar di seluruh indonesia, para pengusaha pertanaman pun memakai cara ini untuk menata kebunnya dan memperkenalkannya kepada ibu rumah tangga kota. Sudah tentu, para ibu rumah tangga yang sampai saat ini memakai pot biasa dalam penataan ruangan rumahnya, lebih senang mengurus pot yang bersih dari pada yang kotor oleh tanah.

Sesungguhnya juga sudah mulai 70-an, hidroponik yang semula dilakukan untuk menghasilkan sayur mayur di rumah kaca itu dicoba dalam pot penghias ruangan rumah. Hanya saja waktu itu kita belum begitu tertarik, karena bentuk pot hidroponik masih belum bagus mempesona seperti sekarang. Baru dalam tahun 2013 belakangan ini, kita makin semangat berhidroponik, berkat macam-macam alat penemuan baru yang diedarkan di pasaran, mulai dari pot berjendela dan kerikil sintetik, sampai kantong makanan dan tangki air. Itu semua memudahkan para penggemar untuk membanting setir, dari pot berlepotan ke bejana salon yang cantik dan bersih.

Bertanam dengan sumbu
Ketika tahun 90-an ketika hidroponik rumah tangga ini masih dalam taraf percobaan,  menanam bunga kesayangan dalam pot model biasa yang lubang bawahnya diberi segebung sumbu kompot, untuk menyerap cairan makanan dari piring atau bak tempat menaruh pot. Dulu, wadah pot memang masih berupa piring ceper atau bak yang rendah. Sumbu ini masuk ke dalam pot sedalam paling sedikit dua cm. Ujungnya yang berada dalam pot diurai ke perbagai arah, sehingga nantinya larutan makanan yang aka diserapkan ke medium tanam dapat tersebar secara merata.

Pot yang direndam bagian bawahnya dalam larutan makanan dalam piring ceper itu harus diganjal sesuatu, supaya sumbu yang melambai-lambai dari lubangnya tidak terjepit, dan mampu meresapkan cairan ke dalam pot, dengan lancar.

Cara yang dikenal sebagai pengairan dengan sumbu ini memang dapat dinikmati keberhasilannya, tetapi tidak praktis jika potnya terlalu banyak, dan masing-masing diberi piring ceper penampung cairan makanan. Kerapian tidak terjaga lagi, apalagi kalau piringnya diserbu macam - macam serangga malam, yang menemui ajalnya dalam larutan garam, termasuk laron yang mau nikah.

Untunglah kemudian ada yang menyempurnakan cara itu dengan menciptakan pot bersumbu yang dipasang dalam wadah berupa pot juga, yang garis tengahnya agak lebih besar. Dengan demikian, pot hidroponik ini selalu terdiri dari dua bagian. Pot bagian dalam yang merupakan tempat bertanam, dan pot bagaian luar yang merupakan wadah bagi pot bagian dalam, dan sekaligus berlaku sebagai penampung air atau larutan makanan tanaman.

Sumbu Kain
Pot bersumbu dari plastik polivinilklorida buatan Indonesia ini mempunyai bibir yang melengkung keluar, supaya dapat ditumpangkan pada tepian pot bagian luar. Sumbunya bukan sumbu kompor, tetapi pita lebar dari kain keras yang biasanya dipakai sebagai penguat kraag kemeja itu. Pita ini ditembuskan lewat dasar pot bagian dalam, melalui sepasang celah yang cukup lebar bagi pita kain itu, tetapi cukup sempit bagi kerikil medium tanam jangan sampai menerobos jatuh ke tempat cairan makanan.

Dalam pemakaiannya, sumbuk kain itu harus dipasang melengkung dengan lengkungannya berada di dalam pot, sedang ujung pangkalnya melambai-lambai di luar (bawah) pot. Pemasangan harus demikian rupa,  hingga lengkungannya dapat cukup jauh menyembul ke atas, dengan jalan menyelipkan sejumlah kerikil di bawahnya, yang cukup banyak mengganjal pita kain itu. Dengan begitu, cairan yang diresapkan ke atas dapat mencapai bagian pot yang lebih tinggi daripada jika pita itu tidak dibuat melengkung, tetapi datar saja di dasar pot.

Akan tetapi kelemahan sumbu ini masih merepotkan, karena pada dinding pot luar ada lubang kecil kira-kira di tempat setinggi batas dasar pot bagian dalam. (Pot ini bagian dalam ini memang lebih pendek daripada pot bagian luar, sehingga dasarnya melayang kira-kira 2-3 cm diatas dasar pot bagian luar). Untuk mencegah jangan sampai larutan makanan menggenangi pot bagian luar secara berlebihan sehingga  mencapai dasar pot bagaian dalam (yang melayang di atas itu), antara permukaan larutan dan dasar pot bagian dalam ini memang  masih harus ada ruangan berudara, untuk menjaga agar senantiasa  ada persediaan oksigen yang cukup bagi akar tanaman. Untuk mengusahakannya, perlu ada lubang pengeluaran air kelebihan itu. Dan lubang inilah yang merepotkan, karena cairan dari dalam pot dapat mengotori meja bagus, tempat menaruh pot itu.

Ditunggu artikel selanjutnya cara persiapan dan bagaimana cara menjaga kelembaban pada pot hidroponik rumah.

Mengenal Budidaya Tanaman Hidroponik, Sejarah, Syarat Pot, Media Tanamannya, Dan Keuntungan

Sampai hari ini bercocok tanam secara hidroponik menjadi trend di semua wilayah penjuru Indonesia. Sesuai dengan namanya, budidaya tanaman hidroponik menggunakan air sebagai media. Sejarah hidroponik diawali dengan ditemukannya kenyataan bahwa tanaman dapat berkembang atau tumbuh di dalam air. Penemuan tersebut kemudian dikembangkan menjadi salah satu metode bertanam tanpa media tanah.
Untuk mendapatkan tanaman yang lebih baik dan subur ditambahkan makanan atau nutrien yang dilarutkan. Agar tanaman dapat berdiri tegak di medianya digunakan penyangga gabus. Kemudian, berkembanglah berbagai jenis penyangga tanaman yang terbuat dari berbagai bahan yang ringan dan porous.

Dalam kesehariannya sebagai hobi berkebun alangkah bahagia dan senang dalam berkebun dengan metode tanaman hidroponik. Para penggemar berkebun, yang biasanya menanam bunga kesayangannya dalam pot berisi tanah yang menjengkelkan kotornya, sekarang dengan cara hidroponik dapat menikmati hasil karyanya dalam pot yang lebih bersih karena tidak berisi tanah kotor lagi, tetapi pasir atau kerikil yang sudah dicuci. 

Deretan bunga dan tanaman hias dalam pot yang dipajang sebagai penghias ruang tamu selalu menimbulkan  kepuasan batin yang tak bernilai harganya bagi penggemar hidroponik jeinis ini.

Tetapi, pada mulanya hidroponik itu sebenarnya dilakukan tidak sebagi hobi di ruang tamu, melainkan secara besar-besaran di tempat lebih luas, untuk menghasilkan sayuran-mayur dan buah contoh saja, melon, paprikan, cabe, dan tomat. Dari hasil panennya juga diperdagangkan dan bisa digunakan untuk kebutuhan bahan pangan di rumah.

Syarat Pot Untuk Tanaman Hidroponik
Salah satu persyaratan pot hidroponik adalah  bersifat tidak porous dan dapat menahan air. Hal ini dimaksudkan agar makanan yang diberikan dalam bentuk larutan tidak mengalir dan hilang percuma. Salah satu jenis pot yang memenuhi persyaratan tersebut adalah pot plastik. Pot plastik untuk hidroponik tersedia dalam berbagai bentuk dan model. Jenis pot ini dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu pot tunggal dan pot ganda.
  • Pot Tunggal
Pemakaian pot tunggal ada beberapa pilihan, yaitu pot tunggal dengan lubang samping, pot dengan paralon, atau pot kombinasi. Dalam artikel selanjutnya akan dijelaskan secara rinci berbagai pot yang dimaksudkan.
  • Pot Ganda
Pot ganda terdiri dari dua bagian berupa pot luar dan pot dalam. Pot luar berukuran lebih besar dibandingkan pot dalam dan berfungsi  untuk menampung air. Sedangkan pot dalam berukuran lebih kecil dan berfungsi sebagai tempat media beserta tanamannya.
Jenis pot ini ada dua macam, yaitu pot ganda bersumbu dan pot ganda dengan indikator.
Macam - Macam Media Tanaman Hidroponik.
Fungsi utama media hidroponik adalah untuk menyangga tanaman agar tidak roboh. Selain itu untuk menjaga kelembapan, meyimpan air, dan dapat bersifat kapiler. Media yang dipakai harus mampu berfungsi seperti itu, karena makanan diberikan dalam bentuk larutan dan mengendap di dasar pot.
Media yang baik bersifat porous. Selain itu, sebaiknya ringan agar akar tanaman tidak rusak dan tanaman hidroponik gampang dipindah untuk perawatan. Beberapa jenis media yang memenuhi kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

Rockwoll
Sesuai namanya, media ini dibuat dari batu apung. Dilihat dari fungsinya rockwoll sangat ideal sebagai media hidroponik. Sayangnya, jenis media hidroponik ini masih diimpor sehingga harganya mahal. Tetapi sepadan dengan kualitasnya yang bisa bertahan sampai 5 tahun.
Spon
Media ini hampir sama dengan rockwoll, tetapi  kualitas dibawah rockwoll. Ketahanannya hanya sekitar 2- 3 tahun.
Batu Apung
Media yang satu ini sangat baik untuk tanaman hidroponik. Batu Apung sangat porous dan ringan. Kelebihan lain harganya tidak mahal karena dapat diperoleh dari beberapa daerah di Indonesia.
Pecahan genting
Jenis media hidroponik ini sangat mudah didapatkan, bahkan tanpa harus mengeluarkan biaya. Kerugiannya bila memakai pecahan genting, media harus sering dibersihkan dari lumut yang sering tumbuh.
Pecahan batu bata
Dilihat dari fungsinya maupun sifatnya, pecahan batu bata hampir sama dengan pecahan genting. Jenis Media ini juga gampang didapat tanpa mengeluarkan biaya. Seperti halnya pecahan genting, menggunakan media pecahan batu bata juga harus dibersihkan sebab mudah ditumbuhi lumut.
Sabut kelapa
Media ini dapat juga digunakan sebagai media hidroponik yang murah meriah dan mudah didapatkan dimana saja. Meskipun demikian, jenis media ini mempunyai banyak kelemahan. Sabut kelapa memerlukan proses sterilisasi yang lebih lama dan lebih susah dibandingkan dengan media yang lain karena mengandung zat tanin yang membahayakan tanaman. Selain itu, sabut kelapa mudah membusuk. Secara umum penampilannya kurang menarik.
Gambut (Peat moss)
Media satu ini bersifat ringan dan porous, juga mengandung zat hara, contohnya Jiffy-7 dan cocopot. Namun, karena ukuran medianya terlalu kecil, penggunaannya hanya cocok untuk pembibitan, baik bibit yang akan dihidroponikkan maupun yang akan ditanam di tanah.
Potongan akar pakis
Media yang ini biasanya digunakan untuk media anggrek, juga dapat digunakan sebagai media hidrponik.
Ijuk
Bahan pembuat sapu ini teryata dapat dimanfaatkan untuk media hidroponik. Mendapatkannya sangat mudah dan harganya pun murah. Jenis media ini juga mudah dibersihkan. Akan tetapi, sebagai media hidroponik ijuk mempunyai penampilan yang kurang menarik dan sering menjadi sarang nyamuk.
Arang kayu
Meskipun bisa digunakan sebagai media tanaman hidroponik, arang memiliki banyak kelemahan. Penampilannya kurang menarik. Yang lebih parah, arang kurang dapat menyimpan air.
Zeolit
Media ini pertama kali dipakai di Negara Jepang. Pada saat ini, zeolit sudah banyak digunakan oleh penggemar hidroponik di Indonesia. Bahan ini merupakan mineral bekas abu letusan gunung berapi yang teryata lebih cocok untuk media hidroponik dibandingkan media yang lain. Hal itu disebabkan oleh beberapa sifat neolit, seperti:
  • Mampu menyerap unsur-unsur hara dan mengeluarkan sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga intesitas penyiraman dapat dikurangi,
  • Meningkatnya proses nitrifikasi atau pengubahan nitrogen menjadi garam nitrat,
  • Mengandung Na, K, dan Ca, serta mempunyai pH yang cukup netral yaitu antara 6,5 - 7,
  • Menjaga kelembapan dengan baik,
  • Tidak merusak akar, serta
  • Mempunyaik penampilan yang indah.  

Keuntungan Budidaya Tanaman Hidroponik
Ada beberapa alasan yang bagus untuk membenarkan langkah berhidroponik, selain demi kepuasan batin para hobbyist. Antara lain: kuman penyakit (bakteri dan cendawan penyebab layu) dan hama (cacing dan serangga), yang biasanya terselip dalam tanah tempat bertanam, dapat dicegah jangan sampai hadir. Sebab, pada hidroponik tidak dipakai tanah lagi, tetapi bahan lain yang bersih atau yang sudah disterilkan dulu. Juga biji gulma yang biasanya terbawa oleh tanah atau pupuk kandang, dan kemudian tumbuh menyerobot jatah makanan tanaman utama, akan tercegah.

Alasan lain ialah berbeda dengan bercocok tanam di lahan pertanian biasa yang tanahnya selalu merembeskan sebagian dari pupuk pemberian kita ke tempat lain, menjauhi tanaman, sehingga  menyulitkan perhitungan pemberian pupuk (sampai pupuk ini kita lebihkan saja supaya berhasil), maka pada cara hidroponik, mineral dari pupuk yang diperlukan dapat kita hitung lebih teliti sebanyak yang benar - benar mereka perlukan saja. Tidak perlu dilebihkan sampai boros, tetapi diberikan pada saat - saat yang tepat, sesudah dosis sebelumnya selesai diserap tanaman.

Tetapi yang lebih penting lagi, dengan hidroponik ini kita dapat memelihara tanaman lebih banyak dalam ruangan yang lebih sempit, daripada dengan cara bercocok tanam tradisional di tanah lapang terbuka. Sebab, pot atau wadah bertanam dapat diatur lebih dapat menghemat ruangan, tanpa menyebabkan tanaman kekurangan makanan kalau harus bersaing akibat berdesak-desakkan.

Masing-masing sudah diberi jatah makanan yang cukup, sehingga tidak perlu bersaing, meskipun berdesak-desakkan di ruang sempit. Di atas lahan pertanian biasa, tidak mungkin kita menghemat ruangan tanpa berakibat buruk karena berdesakan.

Pada garis besarnya, budidaya secara hidroponik berkembang menjadi dua jenis kegiatan utama. Bercocok tanam tanaman hias sebagai hobi dalam rumah, dan bercocok tanam sayuran dan buah-buahan secara komersial, di kebun luar rumah.

Dalam blog ini akan dijelaskan sejumlah pengertian yang diperlukan untuk bercocok tanam secara hidrponik, dan tata cara penyelenggaraannya yang arahnya sudah berbeda-beda, dengan harapan para peminat yang memutuskan untuk mulai berhidroponik, tidak akan salah langkah.