Advertisement 728 X 90

PASANG IKLAN DISINI BANNER UKURAN 728 X 90 CUMAN 100.000 PER BULAN
Home » , » Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 4: Pemakaian Kerikil Sintetik

Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 4: Pemakaian Kerikil Sintetik

Baik pot bersumbu maupun pot berpenunjuk mengandalakan kemampuannya menyalurkan (menyerapkan) cairan makanan di dasar wadah (pot luar) ke akar tanaman di atasnya, melalui media tanam yang mestinya mampu menahan cairan itu selama mungkin, sebelum cairan itu diserap oleh akar tanaman. Pasir kali, tumbukan bata atau pecahan genting dirasakan masih terlalu cepat melepaskan cairan ke udara lagi, sehingga kurang awet mempertahankan kelembaban.

Terciptalah kemudian kerikil sintetik lecaton buatan inggris dan blahton buatan jerman barat yang diiklankan sebagai medium tanaman hidroponik yang tak tertandingi daya serapnya terhadap air, dan daya penahanannya juga. Bahan ini mampu mempertahankan kelembaban yang diinginkan oleh tanaman tanpa harus menderita kekurangan oksigen karena kuyupnya. Ia cukup higroskopis, namun juga cukup leluasa meneruskan udara, berkat rongga-rongga di dalamnya.

Baik lecaton maupun blahton yang dibuat dari tanah liat, yang sebanyak mengandung garam karbonat, yang sudah dijadikan adonan basah berbentuk kerikil dengan macam-macam ukuran ( mulai dari 5 mm sampai dengan 15 mm), dibakar dalam tanur bersuhu tinggi,  supaya karbonatnya terbang sebagai gas meninggalkan rongga-rongga kosong di antara tanah liat yang sementara itu juga ikut mengering, seperti batu bata atau genting. Warnanya juga merah bata seperti genting. Kerikil ini berongga udara seperti sepon atau batu apung, yang ringan sekali sampai mengapung juga dalam air. Istilah Blahton orang Jerman berarti batu bergelembung (maksudnya berongga udara), sedang istilah lecaton orang inggris berasal dari LECA yang merupakan singkatan dari Light Expanded Clay Anggregate, dan ton dari penamaan bagi batu.

Sebagai barang impor bagi indonesia, kerikil sinetik ini masih mahal harganya, karena memang masih baru dan ekslusif. Tetapi sebenarnya, daripada memakai (atau meniru membuat untuk dipakai) batu bergelembung sinetik itu, alam vulkanik kita sebenarnya melimpah ruah menghadiahi batu apung yang biasa kita pakai sebagai batu gosok porselin kamar mandi itu (dan juga daki-daki pada kaki). Batu apung ini batuan beku (hasil pengristalan lava gunung berapi), yang proses pembuatannya menjadi berongga-rongga juga seperti proses pembuatan lecaton dan blahton itu, tetapi terjadinya hanya jika ada gunung yang meletus saja. Batu ini menyerupai karet busa (jika dipecah dan dilihat bagian dalamnya), akibat terbangnya gas atau uap sebelum mendingin kembali. Ia lebih murah, (karena tinggal mengumpulkan dari daerah aliran sungai gunung berapi yang sudah melempem saja), daripada mendirikan pabrik pembuatan batu sintetik dengan tanur tinggi.

Sudah pasti ada perbedaan daya penyerapan air antara batu apung dan kerikil sintetik impor. Perbedaan ini dengan mudah dapat diatasi dengan memperbesar atau memperkecil butiran batu apung yang dijadikan kerikil.

sumber: Pengalaman dan Beberapa Dari  Teman Sehobi
pasang iklan disini harga cuman 50.000 IDR PER BULAN

0 komentar:

Posting Komentar