Advertisement 728 X 90

PASANG IKLAN DISINI BANNER UKURAN 728 X 90 CUMAN 100.000 PER BULAN

Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 4: Pemakaian Kerikil Sintetik

Baik pot bersumbu maupun pot berpenunjuk mengandalakan kemampuannya menyalurkan (menyerapkan) cairan makanan di dasar wadah (pot luar) ke akar tanaman di atasnya, melalui media tanam yang mestinya mampu menahan cairan itu selama mungkin, sebelum cairan itu diserap oleh akar tanaman. Pasir kali, tumbukan bata atau pecahan genting dirasakan masih terlalu cepat melepaskan cairan ke udara lagi, sehingga kurang awet mempertahankan kelembaban.

Terciptalah kemudian kerikil sintetik lecaton buatan inggris dan blahton buatan jerman barat yang diiklankan sebagai medium tanaman hidroponik yang tak tertandingi daya serapnya terhadap air, dan daya penahanannya juga. Bahan ini mampu mempertahankan kelembaban yang diinginkan oleh tanaman tanpa harus menderita kekurangan oksigen karena kuyupnya. Ia cukup higroskopis, namun juga cukup leluasa meneruskan udara, berkat rongga-rongga di dalamnya.

Baik lecaton maupun blahton yang dibuat dari tanah liat, yang sebanyak mengandung garam karbonat, yang sudah dijadikan adonan basah berbentuk kerikil dengan macam-macam ukuran ( mulai dari 5 mm sampai dengan 15 mm), dibakar dalam tanur bersuhu tinggi,  supaya karbonatnya terbang sebagai gas meninggalkan rongga-rongga kosong di antara tanah liat yang sementara itu juga ikut mengering, seperti batu bata atau genting. Warnanya juga merah bata seperti genting. Kerikil ini berongga udara seperti sepon atau batu apung, yang ringan sekali sampai mengapung juga dalam air. Istilah Blahton orang Jerman berarti batu bergelembung (maksudnya berongga udara), sedang istilah lecaton orang inggris berasal dari LECA yang merupakan singkatan dari Light Expanded Clay Anggregate, dan ton dari penamaan bagi batu.

Sebagai barang impor bagi indonesia, kerikil sinetik ini masih mahal harganya, karena memang masih baru dan ekslusif. Tetapi sebenarnya, daripada memakai (atau meniru membuat untuk dipakai) batu bergelembung sinetik itu, alam vulkanik kita sebenarnya melimpah ruah menghadiahi batu apung yang biasa kita pakai sebagai batu gosok porselin kamar mandi itu (dan juga daki-daki pada kaki). Batu apung ini batuan beku (hasil pengristalan lava gunung berapi), yang proses pembuatannya menjadi berongga-rongga juga seperti proses pembuatan lecaton dan blahton itu, tetapi terjadinya hanya jika ada gunung yang meletus saja. Batu ini menyerupai karet busa (jika dipecah dan dilihat bagian dalamnya), akibat terbangnya gas atau uap sebelum mendingin kembali. Ia lebih murah, (karena tinggal mengumpulkan dari daerah aliran sungai gunung berapi yang sudah melempem saja), daripada mendirikan pabrik pembuatan batu sintetik dengan tanur tinggi.

Sudah pasti ada perbedaan daya penyerapan air antara batu apung dan kerikil sintetik impor. Perbedaan ini dengan mudah dapat diatasi dengan memperbesar atau memperkecil butiran batu apung yang dijadikan kerikil.

sumber: Pengalaman dan Beberapa Dari  Teman Sehobi

Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 3: Pemakaian Pot Berpenunjuk

Karena pot bersumbu ini tidak menjamin kelancaran penyerapan cairan makanan oleh akar tanaman meskipun sumbunya sudah basah kuyup, ada pabrik alat-alat hydroculture yang menciptakan pot yang tidak usah memakai sumbu, tetapi celah untuk meresapkan cairan ke kerikil medium tanam itu saja diperbanyak dan diperlebar, sehingga peresapan cairan ke medium tanam tidak dengan perantaraan sumbu, tetapi secara lansung.

Selah ini pun tidak dibuat di dasar pot, tetapi pada sisi samping dekat dasar. Untuk tanaman hidroponik dalam skala besar, pot bergaris tengah 20 cm malah berupa keranjang plastik, mirip sekali dengan keranjang cucian binatu mini.

Deretan celah yang banyak, sampai seperti terali penjara tikus ini dimaksudkan supaya akar tanaman yang melayang di atas cairan makanan nanti tidak akan kekurangan oksigen. Suatu hal yang dulu sering terjadi dalam pot yang celahnya sedikit dan sempit. Sebab media tanam yang dipakai berupa pasir. Sekarang orang lebih banyak memakai kerikil yang lebih besar butirannya daripada pasir.

Pot jenis ini juga diberi satu saluran tegak pada salah satu sisi dindingnya untuk menyelipkan pipa gelas berisi batang penunjuk permukaan cairan. Dengan penunjuk ini, kita memang dapat mengetahui apakah cairan makanan di bawah timbunanan kerikil itu masih cukup banyak, ataukah tinggal sedikit.

Pangkal bawah batang penunjuk itu berupa bola pelampung yang dapat naik turun oleh tekanan cairan di dasar wadah (pot luar). Ujung atasnya akan menunjukkan batas maksimum, kalau cairan di dasar wah masih culup banyak menggenai media tanam, melebihi tinggi dasar pot bagian tengaj. Ia akan turun menunjuk batas optimum, jika cairan sudah surut mencapai dasar pot persis, dan turun lebih rendah lagi menunjuk batas minimum, jika cairan sudah surut jauh di bawah dasar pot.

Dalam praktek, kita mengisikan cairan sampai batas antara optimum dan maksimum saja. Jika larutan makanan ini kemudian surut sampi minimum (Sesudah masa pemeliharaan tertentu), pot disirami kerikilnya dengan air biasa saja sampai permukaannya ditunjukkan sebagai optimum. Hanya setelah larutan yang lama diairi secara berulang-ulang sampai tiga kali saja, perlu ada penggatian larutan makanan yang baru sama sekali. Pot diangkat, dan wadahnya dibersihkan dulu dari endapan garam - garam, sebelum disi dengan larutan makanan yang baru.

Batang pelampung penunjuk persediaan air itu dapat kotor ditumbuhi macam-macam ganngang, dan cendawan; yaitu jika sudah dipakai berkali-kali. Dan kotorannya tidak tanggung-tanggung tebalnya (maklum, lingkungannya memang subur dan makmur makann), sampai ia macet tidak dapat bergerak naik turun menunjukkan permukaan air dengan tepat lagi. Permukaan air yang sudah surut gawat masih ditunjukkan sebagai optimum saja. Tahu-tahu, tanaman sudah layu sebelum berkembang, karena kita tenang-tenang saja tidak mengurus.

Kesulitan ini sudah tentu dapat diatasi dengan mudah, dengan rajin-rajin membersihkan batang penunjuk yang sudah kotor itu. Pada pot hidroponik buatan Leni Hydrokultur, permukaan air tidak perlu ditunjukkan oleh batanng penunjuk dalam tabung gelas, tetapi dapat diintip melalui jendela kaca kecil pada dinding wadah yang memuat pot dan air. Pot berjendela kaca agaknya lebih sedeharna perawatannya, meskipun lebih mahal daripada pot yang bertabung penunjuk, dan pot bersumbu.

Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 2: Persiapan Pot Tanaman dan Penjagaan Kelembaban

Seri Pertama Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan  kita sudah memabahas cara bertanam dengan sumbu dan apa sumbu yang dipakainya. Dalam seri kedua ini adalah kelanjutan yang pertama. Dimana kita belajar bagaimana persiapan pot dan cara menjaga kelembaban pada pot tanaman.  Untuk pembahasan bisa anda baca dibawah ini:

Persiapan pot dan tanaman
Penanaman dalam pot hidroponik dilakukan seperti penanaman dalam pot biasa, dengan beberapa perubahan, sehubungan dengan bentuk pot yang dirancang secara khusus itu. Mula-mula, pot hidroponik disi dengan butiran kerikil yang berukuran besar dulu. (Dulu kita memang mamakai pasir kali, tumbukan bata, atau pecahan genting tapi kini sudah dapat memakai kerikil sintetik, atau mungkin juga kerikil dari batu apung), sehingga memenuhi 2/3 bagian (diukur dari dasar). 

Lazimnya dipakai kerikil yang garis tengahnya rata-rata1 1/2 cm. Makin ke atas nanti, kerikil yang diisikan untuk memenuhi pot harus makin kecil ukurannya. Jadi lembab yang terserap di daerah bawahan itu dapat tahan lama lembabnya, karena lebih banyak yang terserap oleh butiran kerikil yang besar, sedang penguapan air di daerah atasan dapat tercegah sedikit mungkin, karena butiran kerikil yang kecil di daerah atasan mampu memenuhi karena butiran kerikil yang kecil di atasan mampu memenuhi ruangan, sampai lebih padat. 

Jika tidak diatur begini, (misalnya butiran dibuat sama besarnya, atau sama kecilnya), maka cairan yang mestinya tahan lama diserap kerikil, tidak dapat tahan lama.

Jika pot sudah terisi 2/3 bagiannya dengan kerikil, barulah ia siap untuk ditanami.

Sementara itu, tanaman yang akan dihidroponikkan dicuci akarnya sampai bersih. Biasanya tanaman hias yang kita beli dari penjual bibit ditanam dalam pot wadahnya yang lama berisi tanah dan pupuk kandang. Jelas, membersihkan akar tanaman ini harus berhati-hati benar ( sebaiknya di bawah pancuran air ledeng yang mengalir kecil), jangan sampai terlalu banyak merusak ujungnya yang lembut. Akar yang terlalu panjang sebaiknya dipotong saja sebagaian.

Cara Menjaga Kelembaban
Sesudah dipasang dan ditahan di tengah pot dengan tangan kiri, akar tanaman ditimbuni lebih lanjut dengan kerikil sampai batas leher akar atau garis tanah-nya. Garis tanah ialah batas tempat munculnya batang tanaman dari permukaan tanah. Ini mudah ditemukan, karena warna bagaiannya yang berada di bawah batas itu biasanya berbeda dengan yang berada di atasnya.

Sesudah itu tanaman tertanam rapi, pot dipasang dalam wadahnya, tetapi masih belum perlu diberi larutan makanan dulu. Sebab, tanaman toh belum pulih ujung akarnya yang rusak, waktu dibongkar pasang dari tempat tumbuhnya yang lama ke tempat penanamannya yang baru itu.

Ia belum mampu menyerap unsur makanan. Namun demikian, ia mutlak perlu disemprot dengan air biasa, untuk mengimbangi kehilangan air karena penguapan. Dan kerikil medium tanamnya pun perlu dibuat lemba terus, dengan jalan mengairinya sampai batas maksimal yang dibolehkan oleh wadah pot.

Penyemprotan tanaman dengan air biasa ini harus dilakukan setiap hari, selama tanaman masih belum segar kembali. Penyemprotan harus memakai alat penyemprot halus seperti yang biasa dipakai menyemprot obat serangga ke tanaman itu.

Selama itu pula, tanaman harus dikerundungi dengan kantong plastik bening, setiap kali selesai disemprot dan diari kerikilnya, supaya tidak terlalu banyak menguapkan air dan layu sebelum berkembang.

Biasanya, masa gawat sebelum bangun segar kembali ini sepanjang 2-3 minggu. Sesudah itu barulah kerudung plastik.

sumber: Pengalaman 


Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 1: Bertanam Dengan Sumbu Kain

Sejak metode bercocok tanaman hidroponik ini menyebar di seluruh indonesia, para pengusaha pertanaman pun memakai cara ini untuk menata kebunnya dan memperkenalkannya kepada ibu rumah tangga kota. Sudah tentu, para ibu rumah tangga yang sampai saat ini memakai pot biasa dalam penataan ruangan rumahnya, lebih senang mengurus pot yang bersih dari pada yang kotor oleh tanah.

Sesungguhnya juga sudah mulai 70-an, hidroponik yang semula dilakukan untuk menghasilkan sayur mayur di rumah kaca itu dicoba dalam pot penghias ruangan rumah. Hanya saja waktu itu kita belum begitu tertarik, karena bentuk pot hidroponik masih belum bagus mempesona seperti sekarang. Baru dalam tahun 2013 belakangan ini, kita makin semangat berhidroponik, berkat macam-macam alat penemuan baru yang diedarkan di pasaran, mulai dari pot berjendela dan kerikil sintetik, sampai kantong makanan dan tangki air. Itu semua memudahkan para penggemar untuk membanting setir, dari pot berlepotan ke bejana salon yang cantik dan bersih.

Bertanam dengan sumbu
Ketika tahun 90-an ketika hidroponik rumah tangga ini masih dalam taraf percobaan,  menanam bunga kesayangan dalam pot model biasa yang lubang bawahnya diberi segebung sumbu kompot, untuk menyerap cairan makanan dari piring atau bak tempat menaruh pot. Dulu, wadah pot memang masih berupa piring ceper atau bak yang rendah. Sumbu ini masuk ke dalam pot sedalam paling sedikit dua cm. Ujungnya yang berada dalam pot diurai ke perbagai arah, sehingga nantinya larutan makanan yang aka diserapkan ke medium tanam dapat tersebar secara merata.

Pot yang direndam bagian bawahnya dalam larutan makanan dalam piring ceper itu harus diganjal sesuatu, supaya sumbu yang melambai-lambai dari lubangnya tidak terjepit, dan mampu meresapkan cairan ke dalam pot, dengan lancar.

Cara yang dikenal sebagai pengairan dengan sumbu ini memang dapat dinikmati keberhasilannya, tetapi tidak praktis jika potnya terlalu banyak, dan masing-masing diberi piring ceper penampung cairan makanan. Kerapian tidak terjaga lagi, apalagi kalau piringnya diserbu macam - macam serangga malam, yang menemui ajalnya dalam larutan garam, termasuk laron yang mau nikah.

Untunglah kemudian ada yang menyempurnakan cara itu dengan menciptakan pot bersumbu yang dipasang dalam wadah berupa pot juga, yang garis tengahnya agak lebih besar. Dengan demikian, pot hidroponik ini selalu terdiri dari dua bagian. Pot bagian dalam yang merupakan tempat bertanam, dan pot bagaian luar yang merupakan wadah bagi pot bagian dalam, dan sekaligus berlaku sebagai penampung air atau larutan makanan tanaman.

Sumbu Kain
Pot bersumbu dari plastik polivinilklorida buatan Indonesia ini mempunyai bibir yang melengkung keluar, supaya dapat ditumpangkan pada tepian pot bagian luar. Sumbunya bukan sumbu kompor, tetapi pita lebar dari kain keras yang biasanya dipakai sebagai penguat kraag kemeja itu. Pita ini ditembuskan lewat dasar pot bagian dalam, melalui sepasang celah yang cukup lebar bagi pita kain itu, tetapi cukup sempit bagi kerikil medium tanam jangan sampai menerobos jatuh ke tempat cairan makanan.

Dalam pemakaiannya, sumbuk kain itu harus dipasang melengkung dengan lengkungannya berada di dalam pot, sedang ujung pangkalnya melambai-lambai di luar (bawah) pot. Pemasangan harus demikian rupa,  hingga lengkungannya dapat cukup jauh menyembul ke atas, dengan jalan menyelipkan sejumlah kerikil di bawahnya, yang cukup banyak mengganjal pita kain itu. Dengan begitu, cairan yang diresapkan ke atas dapat mencapai bagian pot yang lebih tinggi daripada jika pita itu tidak dibuat melengkung, tetapi datar saja di dasar pot.

Akan tetapi kelemahan sumbu ini masih merepotkan, karena pada dinding pot luar ada lubang kecil kira-kira di tempat setinggi batas dasar pot bagian dalam. (Pot ini bagian dalam ini memang lebih pendek daripada pot bagian luar, sehingga dasarnya melayang kira-kira 2-3 cm diatas dasar pot bagian luar). Untuk mencegah jangan sampai larutan makanan menggenangi pot bagian luar secara berlebihan sehingga  mencapai dasar pot bagaian dalam (yang melayang di atas itu), antara permukaan larutan dan dasar pot bagian dalam ini memang  masih harus ada ruangan berudara, untuk menjaga agar senantiasa  ada persediaan oksigen yang cukup bagi akar tanaman. Untuk mengusahakannya, perlu ada lubang pengeluaran air kelebihan itu. Dan lubang inilah yang merepotkan, karena cairan dari dalam pot dapat mengotori meja bagus, tempat menaruh pot itu.

Ditunggu artikel selanjutnya cara persiapan dan bagaimana cara menjaga kelembaban pada pot hidroponik rumah.

Mengenal Budidaya Tanaman Hidroponik, Sejarah, Syarat Pot, Media Tanamannya, Dan Keuntungan

Sampai hari ini bercocok tanam secara hidroponik menjadi trend di semua wilayah penjuru Indonesia. Sesuai dengan namanya, budidaya tanaman hidroponik menggunakan air sebagai media. Sejarah hidroponik diawali dengan ditemukannya kenyataan bahwa tanaman dapat berkembang atau tumbuh di dalam air. Penemuan tersebut kemudian dikembangkan menjadi salah satu metode bertanam tanpa media tanah.
Untuk mendapatkan tanaman yang lebih baik dan subur ditambahkan makanan atau nutrien yang dilarutkan. Agar tanaman dapat berdiri tegak di medianya digunakan penyangga gabus. Kemudian, berkembanglah berbagai jenis penyangga tanaman yang terbuat dari berbagai bahan yang ringan dan porous.

Dalam kesehariannya sebagai hobi berkebun alangkah bahagia dan senang dalam berkebun dengan metode tanaman hidroponik. Para penggemar berkebun, yang biasanya menanam bunga kesayangannya dalam pot berisi tanah yang menjengkelkan kotornya, sekarang dengan cara hidroponik dapat menikmati hasil karyanya dalam pot yang lebih bersih karena tidak berisi tanah kotor lagi, tetapi pasir atau kerikil yang sudah dicuci. 

Deretan bunga dan tanaman hias dalam pot yang dipajang sebagai penghias ruang tamu selalu menimbulkan  kepuasan batin yang tak bernilai harganya bagi penggemar hidroponik jeinis ini.

Tetapi, pada mulanya hidroponik itu sebenarnya dilakukan tidak sebagi hobi di ruang tamu, melainkan secara besar-besaran di tempat lebih luas, untuk menghasilkan sayuran-mayur dan buah contoh saja, melon, paprikan, cabe, dan tomat. Dari hasil panennya juga diperdagangkan dan bisa digunakan untuk kebutuhan bahan pangan di rumah.

Syarat Pot Untuk Tanaman Hidroponik
Salah satu persyaratan pot hidroponik adalah  bersifat tidak porous dan dapat menahan air. Hal ini dimaksudkan agar makanan yang diberikan dalam bentuk larutan tidak mengalir dan hilang percuma. Salah satu jenis pot yang memenuhi persyaratan tersebut adalah pot plastik. Pot plastik untuk hidroponik tersedia dalam berbagai bentuk dan model. Jenis pot ini dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu pot tunggal dan pot ganda.
  • Pot Tunggal
Pemakaian pot tunggal ada beberapa pilihan, yaitu pot tunggal dengan lubang samping, pot dengan paralon, atau pot kombinasi. Dalam artikel selanjutnya akan dijelaskan secara rinci berbagai pot yang dimaksudkan.
  • Pot Ganda
Pot ganda terdiri dari dua bagian berupa pot luar dan pot dalam. Pot luar berukuran lebih besar dibandingkan pot dalam dan berfungsi  untuk menampung air. Sedangkan pot dalam berukuran lebih kecil dan berfungsi sebagai tempat media beserta tanamannya.
Jenis pot ini ada dua macam, yaitu pot ganda bersumbu dan pot ganda dengan indikator.
Macam - Macam Media Tanaman Hidroponik.
Fungsi utama media hidroponik adalah untuk menyangga tanaman agar tidak roboh. Selain itu untuk menjaga kelembapan, meyimpan air, dan dapat bersifat kapiler. Media yang dipakai harus mampu berfungsi seperti itu, karena makanan diberikan dalam bentuk larutan dan mengendap di dasar pot.
Media yang baik bersifat porous. Selain itu, sebaiknya ringan agar akar tanaman tidak rusak dan tanaman hidroponik gampang dipindah untuk perawatan. Beberapa jenis media yang memenuhi kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

Rockwoll
Sesuai namanya, media ini dibuat dari batu apung. Dilihat dari fungsinya rockwoll sangat ideal sebagai media hidroponik. Sayangnya, jenis media hidroponik ini masih diimpor sehingga harganya mahal. Tetapi sepadan dengan kualitasnya yang bisa bertahan sampai 5 tahun.
Spon
Media ini hampir sama dengan rockwoll, tetapi  kualitas dibawah rockwoll. Ketahanannya hanya sekitar 2- 3 tahun.
Batu Apung
Media yang satu ini sangat baik untuk tanaman hidroponik. Batu Apung sangat porous dan ringan. Kelebihan lain harganya tidak mahal karena dapat diperoleh dari beberapa daerah di Indonesia.
Pecahan genting
Jenis media hidroponik ini sangat mudah didapatkan, bahkan tanpa harus mengeluarkan biaya. Kerugiannya bila memakai pecahan genting, media harus sering dibersihkan dari lumut yang sering tumbuh.
Pecahan batu bata
Dilihat dari fungsinya maupun sifatnya, pecahan batu bata hampir sama dengan pecahan genting. Jenis Media ini juga gampang didapat tanpa mengeluarkan biaya. Seperti halnya pecahan genting, menggunakan media pecahan batu bata juga harus dibersihkan sebab mudah ditumbuhi lumut.
Sabut kelapa
Media ini dapat juga digunakan sebagai media hidroponik yang murah meriah dan mudah didapatkan dimana saja. Meskipun demikian, jenis media ini mempunyai banyak kelemahan. Sabut kelapa memerlukan proses sterilisasi yang lebih lama dan lebih susah dibandingkan dengan media yang lain karena mengandung zat tanin yang membahayakan tanaman. Selain itu, sabut kelapa mudah membusuk. Secara umum penampilannya kurang menarik.
Gambut (Peat moss)
Media satu ini bersifat ringan dan porous, juga mengandung zat hara, contohnya Jiffy-7 dan cocopot. Namun, karena ukuran medianya terlalu kecil, penggunaannya hanya cocok untuk pembibitan, baik bibit yang akan dihidroponikkan maupun yang akan ditanam di tanah.
Potongan akar pakis
Media yang ini biasanya digunakan untuk media anggrek, juga dapat digunakan sebagai media hidrponik.
Ijuk
Bahan pembuat sapu ini teryata dapat dimanfaatkan untuk media hidroponik. Mendapatkannya sangat mudah dan harganya pun murah. Jenis media ini juga mudah dibersihkan. Akan tetapi, sebagai media hidroponik ijuk mempunyai penampilan yang kurang menarik dan sering menjadi sarang nyamuk.
Arang kayu
Meskipun bisa digunakan sebagai media tanaman hidroponik, arang memiliki banyak kelemahan. Penampilannya kurang menarik. Yang lebih parah, arang kurang dapat menyimpan air.
Zeolit
Media ini pertama kali dipakai di Negara Jepang. Pada saat ini, zeolit sudah banyak digunakan oleh penggemar hidroponik di Indonesia. Bahan ini merupakan mineral bekas abu letusan gunung berapi yang teryata lebih cocok untuk media hidroponik dibandingkan media yang lain. Hal itu disebabkan oleh beberapa sifat neolit, seperti:
  • Mampu menyerap unsur-unsur hara dan mengeluarkan sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga intesitas penyiraman dapat dikurangi,
  • Meningkatnya proses nitrifikasi atau pengubahan nitrogen menjadi garam nitrat,
  • Mengandung Na, K, dan Ca, serta mempunyai pH yang cukup netral yaitu antara 6,5 - 7,
  • Menjaga kelembapan dengan baik,
  • Tidak merusak akar, serta
  • Mempunyaik penampilan yang indah.  

Keuntungan Budidaya Tanaman Hidroponik
Ada beberapa alasan yang bagus untuk membenarkan langkah berhidroponik, selain demi kepuasan batin para hobbyist. Antara lain: kuman penyakit (bakteri dan cendawan penyebab layu) dan hama (cacing dan serangga), yang biasanya terselip dalam tanah tempat bertanam, dapat dicegah jangan sampai hadir. Sebab, pada hidroponik tidak dipakai tanah lagi, tetapi bahan lain yang bersih atau yang sudah disterilkan dulu. Juga biji gulma yang biasanya terbawa oleh tanah atau pupuk kandang, dan kemudian tumbuh menyerobot jatah makanan tanaman utama, akan tercegah.

Alasan lain ialah berbeda dengan bercocok tanam di lahan pertanian biasa yang tanahnya selalu merembeskan sebagian dari pupuk pemberian kita ke tempat lain, menjauhi tanaman, sehingga  menyulitkan perhitungan pemberian pupuk (sampai pupuk ini kita lebihkan saja supaya berhasil), maka pada cara hidroponik, mineral dari pupuk yang diperlukan dapat kita hitung lebih teliti sebanyak yang benar - benar mereka perlukan saja. Tidak perlu dilebihkan sampai boros, tetapi diberikan pada saat - saat yang tepat, sesudah dosis sebelumnya selesai diserap tanaman.

Tetapi yang lebih penting lagi, dengan hidroponik ini kita dapat memelihara tanaman lebih banyak dalam ruangan yang lebih sempit, daripada dengan cara bercocok tanam tradisional di tanah lapang terbuka. Sebab, pot atau wadah bertanam dapat diatur lebih dapat menghemat ruangan, tanpa menyebabkan tanaman kekurangan makanan kalau harus bersaing akibat berdesak-desakkan.

Masing-masing sudah diberi jatah makanan yang cukup, sehingga tidak perlu bersaing, meskipun berdesak-desakkan di ruang sempit. Di atas lahan pertanian biasa, tidak mungkin kita menghemat ruangan tanpa berakibat buruk karena berdesakan.

Pada garis besarnya, budidaya secara hidroponik berkembang menjadi dua jenis kegiatan utama. Bercocok tanam tanaman hias sebagai hobi dalam rumah, dan bercocok tanam sayuran dan buah-buahan secara komersial, di kebun luar rumah.

Dalam blog ini akan dijelaskan sejumlah pengertian yang diperlukan untuk bercocok tanam secara hidrponik, dan tata cara penyelenggaraannya yang arahnya sudah berbeda-beda, dengan harapan para peminat yang memutuskan untuk mulai berhidroponik, tidak akan salah langkah.

Advertisement

PASANG IKLAN DISINI BANNER UKURAN 300 X 250 CUMAN Rp. 70.000 PER BULAN