Advertisement 728 X 90

PASANG IKLAN DISINI BANNER UKURAN 728 X 90 CUMAN 100.000 PER BULAN

Mengenal Budidaya Tanaman Hidroponik Komersial dengan Pola Green House

Sebelumnya kita sudah membahas beberapa artikel tanaman hidroponik rumahan (skala kecil), dan saat ini bagaimana bercocok tanam dengan hidroponik komersial dalam hal ini skala besar. Hidroponik komersial ini lebih banyak digunakan menghasilkan bunga, sayuran, dan buah-buahan sebagai dagangan.

Ada yang dilakukan dalam green house sebagai semacam rumah pemeliharaan, jika cuacanya kurang membantu,, dan ada dilakukan di area terbuka, jika cuacanya sangat membantu.  Hidroponik dalam green house banyak dilakukan di Negara - negara subtropis seperti Eropa, Amerika, Jepang, dan di area tandus seperti Negara Arab, dan Australia Utara. Di negara sendiri yaitu Indonesia, hidroponik komersial tidak memakai green house seratus persen, tetapi di atas lahan setengah terbuka, dengan atas pelindung dari plastik yang terutama melindungi tanaman terhadap air hujan.

Sampai akhir tahun  1983, satu-satunya usaha hidroponik komersial dilakukan oleh Kemfarm ,di desa Cireundeu, Kelurahan Lebakbulus, Kecamatan Cilandak, Wilayah Jakarta Selatan, yang masih bersih udaranya.

Green House sebagai Kebun Beratap
Istilah green house yang diciptakan di Amerika Serikat disebut demikian karena merupakan bangunan tempat menumbuhkan tanaman yang dapat sepanjang tahun hijau terus, meskipun di luar sedang musim gugur atau musim dingin. Atap dan dinding rumah ini dulu terbuat dari kaca, sehingga orang Eropa menyebut beratap kaca itu glass house.

Berbagai Jenis Rumah Kaca "Glass House"
Mengapa orang mau membangun green house dengan susah payah? Karena dengan bangunan itu suhu, kelembaban, cahaya, dan lain keperluan tanaman dapat diatur sampai ke sayuran musim dapat ditanam sepanjang tahun. Dan sayuran ini dapat dijual diluar musim dengan harga selalu berlipat ganda.

Biaya pengusahaan dapat dengan mudah ditutup oleh keuntungan yang diperoleh.

Bentuk green house di negri asalnya bermacam - macam. Ada yang berbentuk los seperti gudang tembakau dan berdiri sendiri di tengah  lapangan terbuka. Ada yang menempel pada dinding rumah, ada juga yang berukuran kecil, sebagai window green house dan sun room., menempel di rumah juga.

Di Negara Jepang, orang mula - mula memakai kaca sebagai atap green house, tetapi setelah ditemukan plastik polivinil klorida pada tahun 1950, mereka beralih memakai plastik ini, yang dikalangan mereka dikenal sebagai agricultural vinyl. Selain lebih murah, bahan ini juga tidak mudah robek dan mampu menahan panas, sehingga cocok dipakai untuk mengurung sayuran  yang akan ditanam pada permulaan musim semi, mendahului musim tanam di ladang biasa.

Sementara diluar suhu udara masih dingin, dan belum cukup membantu,suhu dibawah vinyl house yang sudah dipersiapkan demikian sudah cukup hangat untuk memulai bercocok tanam. Itu dapat terjadi, karena tinggi vinyl house dibuat seminim-minimnya, cukup untuk tidak menghambat menghalangi - halangi pekerja yang berdiri tegak didalamnya saja sehingga mudah memanasi ruangan dengan hanya kecil itu. Ini jelas berbeda dengan ukuran tinggi green house yang biasa dibangun di Eropa dan Amerika.

Dari berbagai jenis bentuk vinyl house yang dibangun di Jepang itu (mulai dari bentuk los beratap baja, beratap melengkung, beratap tiga perempat, sampai bentuk venlo seperti di negri Belanda), yang paling menarik ialah terowongan. Mungkin bentuk ini dapat kita tiru untuk bertanama bawang putih di daerah pegunungan yang malam harinya terlalu dingin sampai tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Dan bawang merah di dataran rendah pada musim hujan, di luar musim tanam biasa. Tentu harus disesuaikan dengan kondisi setempat.

Tanaman Hidroponik #6 : Pemberian Cahaya Lampu Pada Tanaman

Tanaman itu membutuhkan sinar matahari yang cukup, agar dapat berfotosintesis dan tumbuh normal seperti tanaman lain yang dipelihara di pekarangan luar rumah. Tetapi bagaimana jika anda meletakkan tanaman di dalam rumah yang jauh dari cahaya sinar matahari? Bagaimana Solusinya?
Solusinya adalah pengganti cahaya matahari yaitu Lampu TL.

Apa itu Lampu TL?
Lampu TL jika diperpanjang adalah tube luminescence dalam bahasa Prancis atau dalam bahasa inggris Fluorescent. Dan juga disebut Lampu neon bagi kita orang indonesia. Lampu TL ini sangat membantu dalam penyediaan cahaya didalam ruangan, dan sampai sekarang banyak dari pecinta tanaman hidproponik memilih membudidayakan tanaman di dalam ruangan.

Lampu TL lebih sejuk, kira-kira 5 kali lebih sejuk daripada lampu pijar, sehingga tanaman yang disinari olehnya tidak menderita kepanasan. Dulu ketika Lampu TL masih berupa tabung yang lebih banyak menyinarkan cahaya yang mendekati gelombang warna biru daparipada warna merah, sampai ia tidak dapat cepat panas, berkebun dengan lampu tidak memuaskan tanaman hias karena tanaman hias tidak tumbuh bagus sebagaimana yang diharapkan. Di alamya yang asli, tanaman hias yang kita pelihara diluar rumah memang selalu menerima cahaya matahari penuh yang menyinarkan semua gelombang sinar.

Untunglah bahwa di pasaran lampu kemudian dijual tabung lampu TL dari jenis day light (yang sering di tulis dengan D-lite pada lampu yang bersangkutan), yang  selain masih sejuk nisbi juga lebih lengkap menyinarkan semua jenis  gelombang sinar yang diperluakan oleh tanaman. Maka berkebun dengan lampu sekarang ini boleh dikatakan sudah tidak ada masalah lagi.

Dengan penerangan lampu TL-Dlite ini, merahnya kelopak bunga justru Nampak lebih merona, sedang hijaunya daun lebih berseri-seri. Tidak mengherankan bahwa berkebun semacam ini malah lebih baik  hasilnya daripada berkebun di halaman luar rumah. Sebab, keperluan  tanaman dapat dipenuhi  secara lebih baik. Siang malam, sepanjang tahun, dapat saja kita mengurusnya terus-menerus, tidak terganggu oleh musim hujan penyakitan, atau kemarau panjang kering.

Cahaya Lebih Terarah
Di kota besar yang padat penduduknya, hobi ini makin popular di kalangan ibu rumah tangga. Kebanyakan dari mereka meletakkan potnya yang berlampu di pojok ruangan yang kosong, atau di bawah tangga  ke kamar tidur tingkat atas.

Ada juga yang meletakkan potnya di atas meja dorong atau rak beroda dari kayu atau aluminium (atau pipa baja berlapis  krom) yang  bertingkat  seperti  rak buku perpustakaan mutakhir. Tetapi hanya  dua atau tiga tingkatan. Tiap tingkat diberi sepasang tabung lampu TL sepanjang 1 meter. Karena kaki rak itu beroda, ia dapat didorong pindah tempat, kemana saja yang diinginkan. Mereka yang mampu  malah membuat satu perangkat rak tanaman beroda semacam itu untuk tiap kamar. Termasuk kamar tidur.

Mereka yakin bahwa dengan kehadiran tanaman dalam kamar itu udara dapat senantiasa bersih kembali pada siang hari, karena selalu terisap gas karbondioksidanya yang mengotori  kamar itu, oleh karena itu , dengan proses fotosintesis daun tanaman hijau. Dan sebagai hasil fotosintesis ini  tanaman mengeluarkan oksigen murni yang menyegarkan.
Sayang pada waktu malam proses itu berhenti ,sehingga jika malam tiba  pembersihan  ruangan tidak terjadi lebih lanjut.
Namun demikian para penggemar artificial light gardening tetap membiarkan rak berisi deretan pot tanamannya dalam kamar, walaupun malam tiba. Sebab jumlah  potnya hanya sedikit. Jumlah karbondioksidanya  yang mereka embuskan waktu malam tidak begitu berarti.

Tabung lampu untuk menyinari tanaman itu diberi  tudung  yang selain berfungsi  sebagai kap cahaya nya  tidak  mengarah  ke atas (dan terbuang  percuma, menyilaukan mata), juga berlaku sebagai reflector (pemantul cahaya) ke arah tanaman yang berada di bawahnya.
Tetapi  selagi tanaman masih rendah harus diusahakan benar agar jarak antara lampu dan pot kira – kira sejauh 25 cm. Baru jika tanaman sudah besar, jarak lampu disesuaikan lagi kira – kira  menambah sampai 45 cm.

Kemudian hanya perlu dijaga agar tanaman senantiasa menerima cahaya yang seimbang. Jika daun teryata menggerombol rimbun buntek-buntek, tandanya mereka menerima cahaya teralalu banyak , karena lampu yang dipasang  terlalu dekat, contoh: Karena tanamannya kurang banyak.

Dan sebaliknya, jika daun teryata  tumbuh jarang dan panjang – panjang, maka mereka perlu cahaya lebih banyak. Kemungkinan hal ini terjadi dikarenakan lampunya terlalu jauh atau jumlah tanaman untuk satu lampu.

Pengukuran Cahaya
Jumlah cahaya yang diperlukan umumnya dinyatakan dalam watt, supaya mudah dimengerti. Yaitu 15-20 watt bagi tiap 1.000 sentimeter persegi permukaan medium tanam dalam pot.
Tetapi tanaman hidroponik tidak perlu diterangi siang malam terus – menerus selama 24 jam. Tanaman tempat teduh seperti suplir pakis kawat, dan beberapa jenis anggrek hanya perlu penyinaran selama 12 jam saja (misalkan dari jam 07 pagi sampai jam 07 malam wita). Tanaman yang biasanya tumbuh  di tempat terbuka, hanya perlu  penyinaran 16 jam. Sesudah itu tanaman tersebut  perlu suasana gelap.

Beberapa pun yang diperlukan, baik lama mapun tidak, sebenarnya yang penting bukan berapa maksimalnya, tetapi berapa minimalnya yang mutlak diperlukan, supaya tanaman tidak merana.
Umumnya, cahaya minimum yang disyaratkan ini berkisar antara 250 – 500 foot candles.
Satu foot candles ialah jumlah cahaya yang menyinari permukaan satu kaki persegi, sejauh satu kaki dari sumber  cahaya lilin yang sedang menyala.

Jumlah cahaya ini dapat diukur dengan alat pengukur cahaya yang biasa dipakai dalam bidang fotografi, tetapi yang skalanya dinyatakan dalam foot candles.
Tempat cahayanya yang  sudah jelas terang, sudah tentu tidak perlu diukur, karena boleh dipastikan tidak akan menimbulkan masalah dalam perawatan tanaman. Tetapi tempat yang gelap, harus diukur. Alat pengukur dipasang lebih kurang 30cm dari calon tempat menaruh pot, hingga cahayanya  yang terbanyak jatuh pada permukaan alat itu yang  mengandung sel foto. Pengukuran dilakukan sepanjang hari, setiap 2 jam sekali.

Dan yang dicatat tidak hanya jumlah cahaya saja, tetapi juga  berapa lamanya cahaya itu menerangi tempat itu. Jika angka yang ditemukan teryata tidak kurang dari 250 foot candles, setelah dibantu dengan cahaya lampu TL, maka tempat itu boleh dipakai.

sumber: Berbagai pengalaman sahabat saya 

Tanaman Hidroponik #5: Pot Bertangki dan Kantong Makanan

Pot Bertangki dan Kantong Makanan
Yang tidak kalah menariknya dalam berbisnis tanaman hidroponik rumah ini ialah penemuan hydro-nik dari plastic oleh Wolfgang Blaicher dari Mannheim, Jerman Barat, yang mencari akal bagaimana mengatasi masalah pengairan, agar sekali memberi dapat awet tahan lama, tidak usah sering memberi berkali-kali lagi.

Blaicher berangkat dari pendapat (berdasarkan kenyataan), bahwa akar tanaman sebetulnya tidak perlu terendam air sampai basah kuyup, Jika basah kuyup malah mati konyol.

Karena itu, air untuk mereka mestinya yang tipis saja di dasar wadah, sehingga cukup jauh letaknya dari ujung akar.

Di tanah kebun biasa juga bukan air yang kuyup yang diperlukan oleh akar tanaman, tetapi kelembaban uap saja, yang menerobos di celah-celah butiran tanah.

Pemakaian Tangki Air
Jika pot tempat tumbuh tanaman dapat dimuat bersama-sama dengan wadah persedian air yang mampu mengalirkan air sedikit demi sedikit sebanyak yang diperlukan untuk mempertahankan permukaan air yang cukup jauh letaknya dari akar tanaman saja, maka akar ini sebenarnya sudah dipenuhi syarat hidupnya, sesuai irama kehilangan air oleh penguapan sehari-hari.

Air dalam tempat persediaan itu dapat tahan lama dipakai sedikit demi sedikit, dalam waktu jangka panjang. Terciptalah kemudian hydro-tank plastic yang dimintakan hak patennya pada semua kantor paten seluruh dunia.

Tangki ini berbentuk silinder seperti tangki minyak kereta rel saja, dengan garis tengah dan ukuran panjang bermacam-macam bergantung pada pot yang akan dilayaninya. Pada salah satu ujungnya  ada lubang sebesar ibu jari, tempat memasukkan air.

Jika sudah terisi penuh, ia dipasang dalam ruangan khusus di wadah pot ( yang memang dirancang secara khusus pula, agar dapat memuat tangki di samping pot) lalu diputar 180 derajat supaya lubang yang semula menghadap keatas itu menghadap ke bawah.

Jelas airnya mengalir keluar membasahi dasar wadah pot. Tetapi tangki harus diputar kembali sedikit, supaya lubangnya agak naik lagi berapa naiknya, bergantung pada berapa tinggi permukaan air yang diinginkan.

Pada tangki itu tercantum skala, dari 0 mm sampai 30 mm. Tinggal memutar saja sehingga angka yang diinginkan menghadap tepat ke atas. Maka air akan menggenangi wadah setinggi angka (dalam mm) yang ditunjukkan itu.

Untuk menyembunyikan tangki, wadah pot berdesain khusus itu mempunyai tutup yang tepiannya tegak, sehingga dapat ditaburi kerikil sampai tidak terlihat lagi bahwa itu tertutup.

Sesudah 2-4 minggu, jika tangki itu dilihat kembali sesudah dibuka tutupnya, dan air teryata sudah hampir habis, tangki cukup diputar saja supaya lubangnya menghadap ke atas saja.

Kemudian diisi dengan air baru sampai penuh, dan diputar lagi sesuai angka pada sekala. Maka ia pun akan bertugas mengairi pot hidroponik sedikit demi sedikit sesuai irama penguapan lagi.

Penemuan Kantong Makanan

Bersamaan dengan pencarian akal, bagaimana caranya mengairi tanaman secara awet itu, ada pula pencairan akan bagaimana caranya memberi makanan yang juga dapat tahan lama. Jadi tidak perlu sering mengangkat pot untuk mengganti cairan makanan lagi.

Terciptalah kemudian “makanan keringan” (pupuk tanaman) yang dibungkus dengan kertas saring tebal seperti teh celup saja. Atau dibungkus dengan cetakan plastic berpori halus, seperti filter plastic untuk menyaring air ledeng kotor itu.

Dengan penemuan kantong the ( orang Jerman menyebutnya Teebeutel) ini, meskipun tidak berisi teh kita tidak perlu lagi menyiramkan larutan makanan setiap kali larutan yang diberikan sebelumnya sudah habis. Cukup memberi air bersih biasa saja, untuk melarutkan bahan kimia dalam Teebeutul yang sudah ditaruh dalam wadah itu. Airnya dapar berasal dari Hydro-tank yang sudah diceritakan di muka.

Umumnya bahan kimia ini dibuat begitu pekat sampai tahan 3-4 bulan. Cukup dengan pengisian air baru setiap 2 seminggu atau 1 bulan saja, jika air sudah surut.

Penukaran ion
Teebutel itu kemudian disempurnakan berupa embalau sintetik yang dimuati penuh dengan semua unsur makanan yang diperlukan tanaman, dalam bentuk ion. Oleh pabrik Bayer di Leverkusen, paket makanan berisi ion ini dipasarkan sebagai Lewatit HD 5.

Kita sudah tahu, bahwa akar tanaman menyerap unsur makanan dalam bentuk ion. Namun ion dalam HD 5 yang tersekap kokok secara kimia itu baru bisa diambil jika ada ion garam (berasal dari air penyiraman) dan ion metabolit (hasil metabolisme) tanaman, yang hadir.

Ada semacam penukaran ion dari embalau ke air (dan sebaliknya), berdasarkan kehadiran ion metabolit yang dikeluarkan oleh akar tanaman. Ion metabolit ini mempunyai  daya pengaturan laju penukaran juga.

Menghambat (waktu tanaman istirahat malam) atau memperlancar (waktu giat - giatnya tumbuh pada siang hari).

"aturan main" ini begitu cermat, sampai tidak mungkin terjadi keadaan gawat, yang membuat akar tanaman merana, gara-gara larutan kimia yang teralalu pekat.
Sebab, HD 5 selalu menyesuaikan pelepasan ionnya dengan keperluan akar tanaman, yang bergantung pada laju metabolismenya. Dan laju ini terlihat pada jumlah banyaknya ion metobolit yang dikeluarkan.

HD 5 itu dapat digunakan secara hemat sampai enam bulan tanpa ada pergoncangan yang menyolok antara kepekatan terlalu tinggi dan kepekatan terlalu rendah. Dengan memakai HD 5 ini (yang dipasarkan dasar pot saja) itu, penyelenggaraan hidroponik dalam pot lebih dipermudah lagi.

Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 4: Pemakaian Kerikil Sintetik

Baik pot bersumbu maupun pot berpenunjuk mengandalakan kemampuannya menyalurkan (menyerapkan) cairan makanan di dasar wadah (pot luar) ke akar tanaman di atasnya, melalui media tanam yang mestinya mampu menahan cairan itu selama mungkin, sebelum cairan itu diserap oleh akar tanaman. Pasir kali, tumbukan bata atau pecahan genting dirasakan masih terlalu cepat melepaskan cairan ke udara lagi, sehingga kurang awet mempertahankan kelembaban.

Terciptalah kemudian kerikil sintetik lecaton buatan inggris dan blahton buatan jerman barat yang diiklankan sebagai medium tanaman hidroponik yang tak tertandingi daya serapnya terhadap air, dan daya penahanannya juga. Bahan ini mampu mempertahankan kelembaban yang diinginkan oleh tanaman tanpa harus menderita kekurangan oksigen karena kuyupnya. Ia cukup higroskopis, namun juga cukup leluasa meneruskan udara, berkat rongga-rongga di dalamnya.

Baik lecaton maupun blahton yang dibuat dari tanah liat, yang sebanyak mengandung garam karbonat, yang sudah dijadikan adonan basah berbentuk kerikil dengan macam-macam ukuran ( mulai dari 5 mm sampai dengan 15 mm), dibakar dalam tanur bersuhu tinggi,  supaya karbonatnya terbang sebagai gas meninggalkan rongga-rongga kosong di antara tanah liat yang sementara itu juga ikut mengering, seperti batu bata atau genting. Warnanya juga merah bata seperti genting. Kerikil ini berongga udara seperti sepon atau batu apung, yang ringan sekali sampai mengapung juga dalam air. Istilah Blahton orang Jerman berarti batu bergelembung (maksudnya berongga udara), sedang istilah lecaton orang inggris berasal dari LECA yang merupakan singkatan dari Light Expanded Clay Anggregate, dan ton dari penamaan bagi batu.

Sebagai barang impor bagi indonesia, kerikil sinetik ini masih mahal harganya, karena memang masih baru dan ekslusif. Tetapi sebenarnya, daripada memakai (atau meniru membuat untuk dipakai) batu bergelembung sinetik itu, alam vulkanik kita sebenarnya melimpah ruah menghadiahi batu apung yang biasa kita pakai sebagai batu gosok porselin kamar mandi itu (dan juga daki-daki pada kaki). Batu apung ini batuan beku (hasil pengristalan lava gunung berapi), yang proses pembuatannya menjadi berongga-rongga juga seperti proses pembuatan lecaton dan blahton itu, tetapi terjadinya hanya jika ada gunung yang meletus saja. Batu ini menyerupai karet busa (jika dipecah dan dilihat bagian dalamnya), akibat terbangnya gas atau uap sebelum mendingin kembali. Ia lebih murah, (karena tinggal mengumpulkan dari daerah aliran sungai gunung berapi yang sudah melempem saja), daripada mendirikan pabrik pembuatan batu sintetik dengan tanur tinggi.

Sudah pasti ada perbedaan daya penyerapan air antara batu apung dan kerikil sintetik impor. Perbedaan ini dengan mudah dapat diatasi dengan memperbesar atau memperkecil butiran batu apung yang dijadikan kerikil.

sumber: Pengalaman dan Beberapa Dari  Teman Sehobi

Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 3: Pemakaian Pot Berpenunjuk

Karena pot bersumbu ini tidak menjamin kelancaran penyerapan cairan makanan oleh akar tanaman meskipun sumbunya sudah basah kuyup, ada pabrik alat-alat hydroculture yang menciptakan pot yang tidak usah memakai sumbu, tetapi celah untuk meresapkan cairan ke kerikil medium tanam itu saja diperbanyak dan diperlebar, sehingga peresapan cairan ke medium tanam tidak dengan perantaraan sumbu, tetapi secara lansung.

Selah ini pun tidak dibuat di dasar pot, tetapi pada sisi samping dekat dasar. Untuk tanaman hidroponik dalam skala besar, pot bergaris tengah 20 cm malah berupa keranjang plastik, mirip sekali dengan keranjang cucian binatu mini.

Deretan celah yang banyak, sampai seperti terali penjara tikus ini dimaksudkan supaya akar tanaman yang melayang di atas cairan makanan nanti tidak akan kekurangan oksigen. Suatu hal yang dulu sering terjadi dalam pot yang celahnya sedikit dan sempit. Sebab media tanam yang dipakai berupa pasir. Sekarang orang lebih banyak memakai kerikil yang lebih besar butirannya daripada pasir.

Pot jenis ini juga diberi satu saluran tegak pada salah satu sisi dindingnya untuk menyelipkan pipa gelas berisi batang penunjuk permukaan cairan. Dengan penunjuk ini, kita memang dapat mengetahui apakah cairan makanan di bawah timbunanan kerikil itu masih cukup banyak, ataukah tinggal sedikit.

Pangkal bawah batang penunjuk itu berupa bola pelampung yang dapat naik turun oleh tekanan cairan di dasar wadah (pot luar). Ujung atasnya akan menunjukkan batas maksimum, kalau cairan di dasar wah masih culup banyak menggenai media tanam, melebihi tinggi dasar pot bagian tengaj. Ia akan turun menunjuk batas optimum, jika cairan sudah surut mencapai dasar pot persis, dan turun lebih rendah lagi menunjuk batas minimum, jika cairan sudah surut jauh di bawah dasar pot.

Dalam praktek, kita mengisikan cairan sampai batas antara optimum dan maksimum saja. Jika larutan makanan ini kemudian surut sampi minimum (Sesudah masa pemeliharaan tertentu), pot disirami kerikilnya dengan air biasa saja sampai permukaannya ditunjukkan sebagai optimum. Hanya setelah larutan yang lama diairi secara berulang-ulang sampai tiga kali saja, perlu ada penggatian larutan makanan yang baru sama sekali. Pot diangkat, dan wadahnya dibersihkan dulu dari endapan garam - garam, sebelum disi dengan larutan makanan yang baru.

Batang pelampung penunjuk persediaan air itu dapat kotor ditumbuhi macam-macam ganngang, dan cendawan; yaitu jika sudah dipakai berkali-kali. Dan kotorannya tidak tanggung-tanggung tebalnya (maklum, lingkungannya memang subur dan makmur makann), sampai ia macet tidak dapat bergerak naik turun menunjukkan permukaan air dengan tepat lagi. Permukaan air yang sudah surut gawat masih ditunjukkan sebagai optimum saja. Tahu-tahu, tanaman sudah layu sebelum berkembang, karena kita tenang-tenang saja tidak mengurus.

Kesulitan ini sudah tentu dapat diatasi dengan mudah, dengan rajin-rajin membersihkan batang penunjuk yang sudah kotor itu. Pada pot hidroponik buatan Leni Hydrokultur, permukaan air tidak perlu ditunjukkan oleh batanng penunjuk dalam tabung gelas, tetapi dapat diintip melalui jendela kaca kecil pada dinding wadah yang memuat pot dan air. Pot berjendela kaca agaknya lebih sedeharna perawatannya, meskipun lebih mahal daripada pot yang bertabung penunjuk, dan pot bersumbu.

Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan 2: Persiapan Pot Tanaman dan Penjagaan Kelembaban

Seri Pertama Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Rumahan  kita sudah memabahas cara bertanam dengan sumbu dan apa sumbu yang dipakainya. Dalam seri kedua ini adalah kelanjutan yang pertama. Dimana kita belajar bagaimana persiapan pot dan cara menjaga kelembaban pada pot tanaman.  Untuk pembahasan bisa anda baca dibawah ini:

Persiapan pot dan tanaman
Penanaman dalam pot hidroponik dilakukan seperti penanaman dalam pot biasa, dengan beberapa perubahan, sehubungan dengan bentuk pot yang dirancang secara khusus itu. Mula-mula, pot hidroponik disi dengan butiran kerikil yang berukuran besar dulu. (Dulu kita memang mamakai pasir kali, tumbukan bata, atau pecahan genting tapi kini sudah dapat memakai kerikil sintetik, atau mungkin juga kerikil dari batu apung), sehingga memenuhi 2/3 bagian (diukur dari dasar). 

Lazimnya dipakai kerikil yang garis tengahnya rata-rata1 1/2 cm. Makin ke atas nanti, kerikil yang diisikan untuk memenuhi pot harus makin kecil ukurannya. Jadi lembab yang terserap di daerah bawahan itu dapat tahan lama lembabnya, karena lebih banyak yang terserap oleh butiran kerikil yang besar, sedang penguapan air di daerah atasan dapat tercegah sedikit mungkin, karena butiran kerikil yang kecil di daerah atasan mampu memenuhi karena butiran kerikil yang kecil di atasan mampu memenuhi ruangan, sampai lebih padat. 

Jika tidak diatur begini, (misalnya butiran dibuat sama besarnya, atau sama kecilnya), maka cairan yang mestinya tahan lama diserap kerikil, tidak dapat tahan lama.

Jika pot sudah terisi 2/3 bagiannya dengan kerikil, barulah ia siap untuk ditanami.

Sementara itu, tanaman yang akan dihidroponikkan dicuci akarnya sampai bersih. Biasanya tanaman hias yang kita beli dari penjual bibit ditanam dalam pot wadahnya yang lama berisi tanah dan pupuk kandang. Jelas, membersihkan akar tanaman ini harus berhati-hati benar ( sebaiknya di bawah pancuran air ledeng yang mengalir kecil), jangan sampai terlalu banyak merusak ujungnya yang lembut. Akar yang terlalu panjang sebaiknya dipotong saja sebagaian.

Cara Menjaga Kelembaban
Sesudah dipasang dan ditahan di tengah pot dengan tangan kiri, akar tanaman ditimbuni lebih lanjut dengan kerikil sampai batas leher akar atau garis tanah-nya. Garis tanah ialah batas tempat munculnya batang tanaman dari permukaan tanah. Ini mudah ditemukan, karena warna bagaiannya yang berada di bawah batas itu biasanya berbeda dengan yang berada di atasnya.

Sesudah itu tanaman tertanam rapi, pot dipasang dalam wadahnya, tetapi masih belum perlu diberi larutan makanan dulu. Sebab, tanaman toh belum pulih ujung akarnya yang rusak, waktu dibongkar pasang dari tempat tumbuhnya yang lama ke tempat penanamannya yang baru itu.

Ia belum mampu menyerap unsur makanan. Namun demikian, ia mutlak perlu disemprot dengan air biasa, untuk mengimbangi kehilangan air karena penguapan. Dan kerikil medium tanamnya pun perlu dibuat lemba terus, dengan jalan mengairinya sampai batas maksimal yang dibolehkan oleh wadah pot.

Penyemprotan tanaman dengan air biasa ini harus dilakukan setiap hari, selama tanaman masih belum segar kembali. Penyemprotan harus memakai alat penyemprot halus seperti yang biasa dipakai menyemprot obat serangga ke tanaman itu.

Selama itu pula, tanaman harus dikerundungi dengan kantong plastik bening, setiap kali selesai disemprot dan diari kerikilnya, supaya tidak terlalu banyak menguapkan air dan layu sebelum berkembang.

Biasanya, masa gawat sebelum bangun segar kembali ini sepanjang 2-3 minggu. Sesudah itu barulah kerudung plastik.

sumber: Pengalaman