Advertisement 728 X 90

PASANG IKLAN DISINI BANNER UKURAN 728 X 90 CUMAN 100.000 PER BULAN

Pentingnya Penyedian Sumber Air Sebelum Berhidroponik

Sebenarnya, sebelum kita mulai berhidroponik, (apalagi membangun instalasi komersial secara besar-besaran), kita sudah harus tahu pasti sumber air yang akan dipakai, untuk mengairi tanaman dan melarutkan ramuan bahan kimia, makanan tanaman.

Pada permulaan penyelenggaraan hidroponik, selama tanaman masih belum ' melek' dari keterkejutannya dibongkar pasang dari tempat penamamannya yang lama ke tempatnya yang baru), tanaman malahan mengandalkan seratus persen pada air biasa. Air ini selain bertugas sebagai penjaga kelembaban, supaya medium tanam dan tubuh tanaman itu sendiri tidak kering, juga sebagai pengganti jumlah yang hilang oleh penguapan, baik melalui permukaan daun maupun sela-sela kerikil medium tanam.

Cara mengukur Sumber Air yang Baik Untuk Kelansungan Tanaman Hidroponik
Jika air biasa ini memang diambil dari sumur daerah  pedalaman yang terkenal bersih, belum tercemar limbah pabrik  atau limbah macam - macam sumber kotoran, air tidak menimbulkan  masalah. Tetapi jika sumur ini terletak di daerah pantai, mungkin air biasa itu tidak biasa lagi, melainkan luar biasa. Biasanya  ia mengandung sejumlah garam natrium klorida, yang jika terlalu tinggi kadarnya ( lebih dari 10 ppm ) tidak akan menyuburkan tanaman  sebagaimana  kita harapkan. Maka dalam hal ini  harus dicari dulu sumber air lain yang  tidak payau seperti itu, sebagai penggantinya.

Juga air yang sadah karena terlalu tinggi kadar kalsium karbonatnya, tidak akan memuaskan, jika dipakai mengairi tanaman hidroponik. Bukti sudah tidaknya air dapat dilihat secara sederharna pada endapan  kalsium karbonat yan terdapat pada dinding ketel atau panci perebus air bagian dalam. Jika ada endapan, berarti  air yang direbus setiap hari oleh ibu rumah tangga daerah itu cukup lumayan kesadahannya.

Tetapi untuk mengetahui berapakah derajat kesadahan air itu  (kecil, lumayan, atau besar), perlu penetapan dengan memakai kertas penunjuk kesadahan (antara lain dibuat oleh pabrik Kimia E. Merk). Pada  potongan lembar kertas itu ada daerah 4 warna, yang dalam keadaan kering tidak menunjukkan warna. Jika kertas dicelup ke dalam air  contoh yang akan diperiksa, maka air  yang sadah akan mewarnai daerah-daerah itu. Jika tidak ada satu daerah pun yang berwarna , berarti air itu lunak, dan bagus untuk dipakai berhidroponik.

Derajat kesadahannya dibawah 3 derajat celcius dH (Deutsche Harte). Jika hanya satu  daerah yang berwarna, berarti derajat kesadahannya antara 4-7 derajat celcius dH. Dan jika 2 daerah yang diwarnai, berarti 8-14 derajat celcius dH. Jika 3 daerah berarti 16-21 derajat celcius dH. Dan jika ke 4 daerah yang diwarnai : air itu luar biasa sadahnya ( lebih dari 23 derajat celcius dH).

Air yang rendah saja kesadahannya antara 4 dan 14 derajat celcius dH, yang dimana masih dapat dilunakkan dengan membubuhkan bahan kimia pendobrak ion (antara lain ada yang dijual dengan nama Lewatit HD 5, buatan Bayer, Luwasa, dan Leni hydrokultur). Bahan itu berupa bahan  penyerap sintetik yang sudah dijejali unsur makanan pekat yang awet tahan lama dipakai sampai 6 bulan. Ia akan menyerap dan mengikat ion-ion bebas penyebab kesadahan air, sehingga air dapat berubah lunak, dan sebagai penggantinya  ia mengeluarkan ion-ion mineral, unsur makanan bagi tanaman, ke dalam larutan, yang sedang mengairi pot hidroponik.

Selama yang dilunakkan itu air sadah rendah  yang dipakai secara kecil - kecilan , seperti hidroponik rumah tangga, maka kesibukan itu tidak menimbulkan masalah yang merepotkan. Tetapi jika air itu akan dipakai untuk hidroponik komersial, jelas diperlukan kembali instalasi perlunakan air yang lebih berat dan mahal. Di pasaran mesin industri, kebetulan sekali dewasa ini banyak dijual macam - macam alat water softener seperti  yang biasa dipakai dalam pabrik minuman lunak itu. Alat itu jelas dapat dimanfaatkan juga untuk instalasi hidroponik komersial.

Di daerah yang tanahnya gambut, seperti Pontianak, Banjarmasin, Telanaipura, dan lain-lain yang air sumurnya asam karena pengaruh tanah gambut, juga tidak menguntungkan membangun isntalasi hidroponik. Tetapi baik air  payau  maupun air asam, dapat kita ganti dengan air hujan, yang tentu hanya dapat dikumpulkan pada musim hujan saja.

Salah satu cara mengumpulkan air hujan di daerah yang luar biasa itu ialah denga cara membangu kolam yang dilapisi (bagian dalamnya) dengan lebaran plastik polytena hitam setebal 0,25 mm. Jenis plastik ini terkenal tidak melepaskan zat beracun bagi tanaman nanti. Dan warna hitam dianjurkan, kerena jika putih bening, plastiknya kurang begitu tahan terhadap daya perombakan sinar ultra violet dari matahari.

Bagi tepi kolam yang tajam (misal karena ada ujung babtu yang degil),harus diratakan dahulu dengan timbunan tanah atau pasir setebal paling sedikit 5 cm. Barulah lembaran plastik dapat dilapiskan dengan aman. Sambung-sambungan yang diperlukan dapat dengan mudah diusahakan dengan pengeleman dengan panas setrika listrik.

Sesudah terpasang, lembaran plastik  itu harus ditindih dnegan beberakang kantong plastik polytena berisi pasir atau tanah, supaya tidak kabur diembus angin.

Air hujan yang kemudian terkumpul dalam kolam plastik itu dapt kita pandang sebagai air murni yang bebas dari macam  macam garam atau asam. Asal kolam itu dibangun di daerah yang udaranya tidak tercemar oleh asap industri kimi dekat pelabuhan, atau asap knalpot mobil daerah perkotaan. Daerah tercemar seperti ini sama berbahanya bagi tanaman dengan daerah air payau atau air asam tanah gambut.

Bagaimana Penyediaan Larutan Mineral Yang Benar?

Cara apapun yang  kita pilih, apakah bertanam dalam pot bunga, pot gantung, pot bersumbu, kantong plastik, saluran benggala, ataupun bak di kebun, penyelenggaraan tanaman hidroponik  pada dasarnya sama saja. Yaitu menyediakan da mengalirkan larutan mineral sebagai unsur  makanan  bagi tanaman, menjaga kepekatan larutan dan darajat  keasamannya, menyemai bibit, dan mencegah hama dan penyakit.

Penyediaan Larutan Mineral
Unsur makanan yang diperlukan oleh tanaman bermacam – macam. Beberapa di antaranya mungkin sudah ada dalam air penyiram, tetapi beberapa unsur tertentu harus selalu kita berikan secara berkala (jika tidak setiap hari, mungkin juga setiap minggu), karena unsur itu memang tidak terkandung dalam air penyiram biasa. Yaitu unsur nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, belerang, besi, mangan, seng, bor, tembaga, dan molybden. Mereka tidak  hanya  harus dibubuhkan secara berkala begitu saja, tetapi juga dipertahankan kepekatannya  yang tepat, sesuai keperluan.

Apa kegunaan unsur itu bagai tanaman, sampai mutlak harus disediakan, dan dalam bentuk bahan kimia apa ia dapat kita peroleh (garam mineral, pupuk buatan, pupuk pabrik, atau pupuk anorganik).

Bagi tanaman hidroponik dalam pot, nicholls mengajukan  2 macam resep untuk ramuan bahan kimia garam mineral. Ada bahan yang merupakan obat kimia yang dapat  dibeli apotik aja, dan ada yang berupa pupuk yang dapat dibeli di apotik saja, dan, ada yang berupa pupuk yang dapat di kios penjualan pupuk dan alat pertanian.  Ia berangkat dari pemikiran, bahwa para penggemar hobi hidroponik pemula, yang hanya memakai beberapa buah pot saja sebagai  kegemaran, tentu ingin meramu bahan kimia yang sedeharna dan praktis.

Beberapa penggemar malah lebih senang membeli bahan jadi yang siap pakai saja yang sudah diramu oleh toko, atau penjual bahan hidroponik tertentu.

Bahan kimia itu semua ditimbang dengan seksama dan dicampur aduk dalam panic plastic yang kering. Bahan berupa gumpalan harus dihancurkan sambil diaduk dengan sepotong kayu kering, sampai  diperoleh serbuk yang serba sama. Serbuk campuran ini kemudian  disimpan kering dalam wadah yang dapat ditutup rapat, sebelum tiba waktunya dipakai. Setiap kali menyiram tanaman hidroponik, hanya diperlukan 10 gram ( 1 sendok the ukuran amerika, bukan  sendok teh ukuran Asia) saja, dari serbuk campuran bahan itu, untuk dilarutkan dalam 4 liter air. Sebelum dipakai harus  diperikasa dulu apakah semua bahan sudah larut betul dalam air, dan tidak ada yang masih mengendap sebagai serbuk di dasar wadah.

sumber: pengalaman pribadi

Rumah Plastik model Jepang, Sebagai Tempat Tanaman Hidroponik

Rumah Plastik ini salah satu bentuk green house. Kerangka bangunan untuk meyangga tudung plastik cukup yang sedeharna, dari bahan murahan seperti bumbu belah, atau (jika ingin memakainya berulang kali), dari pipa aluminium seperti yang ingin memakainya berulang kali), dari pipa alumunium seperti yang banyak dipakai untuk membuat antena TV asal tidak nudah roboh tertimpa hujan lebat.

Pipa semacam itu dilengkungkan dan kedua ujungnya ditancapkan dalam tanah begitu saja, sehingga membentuk kubah setengah lingkaran. Jarak antar pipa melengkung sebaiknya 75 cm. Dan semuanya diperkuat dengan batang bambu panjang yang diikat membujur sepanjang bedengan, agar menahan mereka jangan sampai roboh atau miring tidak saling sejajar lagi.

Jika harga rotan mentah teryata lebih murah daripada pipa aluminium, tentu saja lebih bijaksana memakai rotan bergaris tengah 2 cm saja daripada pipa aluminium.

Atap yang dipakai  berupa plastik PVC (polyvinyl choride) yang tebalnya kurang lebih 0,10 mm. Menutupkan di atas kubag kerangka tidak hanya sebagai atap di bagian atasnya saja, melainkan menutup sisi samping saja. Pada musim hujan, pasti ada udara di luar sekitar rumah plastik itu akan lembab sekali sampai tanaman musim kemarau seperti bawang merah ( yang biasa hidup di udara kering) dapat kedinginan.

Vinyl house untuk musim hujan terkurung plastik sama sekali, sehingga mampu menjaga kemantapan sushu hangat dan lengas udara yang rendah di dalamnya. Mengingat di daerah beriklim panas seperti di indonesia, hari hujan bisanya diselingi dengan pagi yang cerah terang benderang, maka sebenarnya usaha mempertahankan suhu hangat dan lengas udara rendah itu tidak begitu sulit, dibanding dengan beriklim empat atau subtropis seperti Negara Amerika Utara, Jepang Tengah, atau Belanda Selatan, yang petaninya terpaksa bergulat lebih keras melawan iklim yang lebih ganas.

Namun meskipun mengurung rapat, rumah plastik itu masih dapat leluasa menukarkan udara pengap di dalamnya, dengan udara segar dari luar, sehingga tanaman tidak sesak nafas. Sudah tenu ini hanya  dapat diselenggarakan jiak kebetulan tidak hujan dan matahari bersinar terang. Maka plastik digulung ke atas setengah badan, sehingga "pondok" itu terbuka bagian bawahnya.

Begitu udara mulai mendung atau suhunya mulai turun, tudung plastik yang  tergulung itu dibuka lagi supaya mengurung pondok kembali, sampai ke bawah, mencapai tanah. Ia rapat lagi sebagai pintu untuk keluar-masuk para pekerja , pada salah satu ujung pondok dipasang kosen seperlunya dari kayu, berikut daun dari plastik juga.

sumber: Pengalaman Pribadi

Mengenal Budidaya Tanaman Hidroponik Komersial dengan Pola Green House

Sebelumnya kita sudah membahas beberapa artikel tanaman hidroponik rumahan (skala kecil), dan saat ini bagaimana bercocok tanam dengan hidroponik komersial dalam hal ini skala besar. Hidroponik komersial ini lebih banyak digunakan menghasilkan bunga, sayuran, dan buah-buahan sebagai dagangan.

Ada yang dilakukan dalam green house sebagai semacam rumah pemeliharaan, jika cuacanya kurang membantu,, dan ada dilakukan di area terbuka, jika cuacanya sangat membantu.  Hidroponik dalam green house banyak dilakukan di Negara - negara subtropis seperti Eropa, Amerika, Jepang, dan di area tandus seperti Negara Arab, dan Australia Utara. Di negara sendiri yaitu Indonesia, hidroponik komersial tidak memakai green house seratus persen, tetapi di atas lahan setengah terbuka, dengan atas pelindung dari plastik yang terutama melindungi tanaman terhadap air hujan.

Sampai akhir tahun  1983, satu-satunya usaha hidroponik komersial dilakukan oleh Kemfarm ,di desa Cireundeu, Kelurahan Lebakbulus, Kecamatan Cilandak, Wilayah Jakarta Selatan, yang masih bersih udaranya.

Green House sebagai Kebun Beratap
Istilah green house yang diciptakan di Amerika Serikat disebut demikian karena merupakan bangunan tempat menumbuhkan tanaman yang dapat sepanjang tahun hijau terus, meskipun di luar sedang musim gugur atau musim dingin. Atap dan dinding rumah ini dulu terbuat dari kaca, sehingga orang Eropa menyebut beratap kaca itu glass house.

Berbagai Jenis Rumah Kaca "Glass House"
Mengapa orang mau membangun green house dengan susah payah? Karena dengan bangunan itu suhu, kelembaban, cahaya, dan lain keperluan tanaman dapat diatur sampai ke sayuran musim dapat ditanam sepanjang tahun. Dan sayuran ini dapat dijual diluar musim dengan harga selalu berlipat ganda.

Biaya pengusahaan dapat dengan mudah ditutup oleh keuntungan yang diperoleh.

Bentuk green house di negri asalnya bermacam - macam. Ada yang berbentuk los seperti gudang tembakau dan berdiri sendiri di tengah  lapangan terbuka. Ada yang menempel pada dinding rumah, ada juga yang berukuran kecil, sebagai window green house dan sun room., menempel di rumah juga.

Di Negara Jepang, orang mula - mula memakai kaca sebagai atap green house, tetapi setelah ditemukan plastik polivinil klorida pada tahun 1950, mereka beralih memakai plastik ini, yang dikalangan mereka dikenal sebagai agricultural vinyl. Selain lebih murah, bahan ini juga tidak mudah robek dan mampu menahan panas, sehingga cocok dipakai untuk mengurung sayuran  yang akan ditanam pada permulaan musim semi, mendahului musim tanam di ladang biasa.

Sementara diluar suhu udara masih dingin, dan belum cukup membantu,suhu dibawah vinyl house yang sudah dipersiapkan demikian sudah cukup hangat untuk memulai bercocok tanam. Itu dapat terjadi, karena tinggi vinyl house dibuat seminim-minimnya, cukup untuk tidak menghambat menghalangi - halangi pekerja yang berdiri tegak didalamnya saja sehingga mudah memanasi ruangan dengan hanya kecil itu. Ini jelas berbeda dengan ukuran tinggi green house yang biasa dibangun di Eropa dan Amerika.

Dari berbagai jenis bentuk vinyl house yang dibangun di Jepang itu (mulai dari bentuk los beratap baja, beratap melengkung, beratap tiga perempat, sampai bentuk venlo seperti di negri Belanda), yang paling menarik ialah terowongan. Mungkin bentuk ini dapat kita tiru untuk bertanama bawang putih di daerah pegunungan yang malam harinya terlalu dingin sampai tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Dan bawang merah di dataran rendah pada musim hujan, di luar musim tanam biasa. Tentu harus disesuaikan dengan kondisi setempat.

Tanaman Hidroponik #6 : Pemberian Cahaya Lampu Pada Tanaman

Tanaman itu membutuhkan sinar matahari yang cukup, agar dapat berfotosintesis dan tumbuh normal seperti tanaman lain yang dipelihara di pekarangan luar rumah. Tetapi bagaimana jika anda meletakkan tanaman di dalam rumah yang jauh dari cahaya sinar matahari? Bagaimana Solusinya?
Solusinya adalah pengganti cahaya matahari yaitu Lampu TL.

Apa itu Lampu TL?
Lampu TL jika diperpanjang adalah tube luminescence dalam bahasa Prancis atau dalam bahasa inggris Fluorescent. Dan juga disebut Lampu neon bagi kita orang indonesia. Lampu TL ini sangat membantu dalam penyediaan cahaya didalam ruangan, dan sampai sekarang banyak dari pecinta tanaman hidproponik memilih membudidayakan tanaman di dalam ruangan.

Lampu TL lebih sejuk, kira-kira 5 kali lebih sejuk daripada lampu pijar, sehingga tanaman yang disinari olehnya tidak menderita kepanasan. Dulu ketika Lampu TL masih berupa tabung yang lebih banyak menyinarkan cahaya yang mendekati gelombang warna biru daparipada warna merah, sampai ia tidak dapat cepat panas, berkebun dengan lampu tidak memuaskan tanaman hias karena tanaman hias tidak tumbuh bagus sebagaimana yang diharapkan. Di alamya yang asli, tanaman hias yang kita pelihara diluar rumah memang selalu menerima cahaya matahari penuh yang menyinarkan semua gelombang sinar.

Untunglah bahwa di pasaran lampu kemudian dijual tabung lampu TL dari jenis day light (yang sering di tulis dengan D-lite pada lampu yang bersangkutan), yang  selain masih sejuk nisbi juga lebih lengkap menyinarkan semua jenis  gelombang sinar yang diperluakan oleh tanaman. Maka berkebun dengan lampu sekarang ini boleh dikatakan sudah tidak ada masalah lagi.

Dengan penerangan lampu TL-Dlite ini, merahnya kelopak bunga justru Nampak lebih merona, sedang hijaunya daun lebih berseri-seri. Tidak mengherankan bahwa berkebun semacam ini malah lebih baik  hasilnya daripada berkebun di halaman luar rumah. Sebab, keperluan  tanaman dapat dipenuhi  secara lebih baik. Siang malam, sepanjang tahun, dapat saja kita mengurusnya terus-menerus, tidak terganggu oleh musim hujan penyakitan, atau kemarau panjang kering.

Cahaya Lebih Terarah
Di kota besar yang padat penduduknya, hobi ini makin popular di kalangan ibu rumah tangga. Kebanyakan dari mereka meletakkan potnya yang berlampu di pojok ruangan yang kosong, atau di bawah tangga  ke kamar tidur tingkat atas.

Ada juga yang meletakkan potnya di atas meja dorong atau rak beroda dari kayu atau aluminium (atau pipa baja berlapis  krom) yang  bertingkat  seperti  rak buku perpustakaan mutakhir. Tetapi hanya  dua atau tiga tingkatan. Tiap tingkat diberi sepasang tabung lampu TL sepanjang 1 meter. Karena kaki rak itu beroda, ia dapat didorong pindah tempat, kemana saja yang diinginkan. Mereka yang mampu  malah membuat satu perangkat rak tanaman beroda semacam itu untuk tiap kamar. Termasuk kamar tidur.

Mereka yakin bahwa dengan kehadiran tanaman dalam kamar itu udara dapat senantiasa bersih kembali pada siang hari, karena selalu terisap gas karbondioksidanya yang mengotori  kamar itu, oleh karena itu , dengan proses fotosintesis daun tanaman hijau. Dan sebagai hasil fotosintesis ini  tanaman mengeluarkan oksigen murni yang menyegarkan.
Sayang pada waktu malam proses itu berhenti ,sehingga jika malam tiba  pembersihan  ruangan tidak terjadi lebih lanjut.
Namun demikian para penggemar artificial light gardening tetap membiarkan rak berisi deretan pot tanamannya dalam kamar, walaupun malam tiba. Sebab jumlah  potnya hanya sedikit. Jumlah karbondioksidanya  yang mereka embuskan waktu malam tidak begitu berarti.

Tabung lampu untuk menyinari tanaman itu diberi  tudung  yang selain berfungsi  sebagai kap cahaya nya  tidak  mengarah  ke atas (dan terbuang  percuma, menyilaukan mata), juga berlaku sebagai reflector (pemantul cahaya) ke arah tanaman yang berada di bawahnya.
Tetapi  selagi tanaman masih rendah harus diusahakan benar agar jarak antara lampu dan pot kira – kira sejauh 25 cm. Baru jika tanaman sudah besar, jarak lampu disesuaikan lagi kira – kira  menambah sampai 45 cm.

Kemudian hanya perlu dijaga agar tanaman senantiasa menerima cahaya yang seimbang. Jika daun teryata menggerombol rimbun buntek-buntek, tandanya mereka menerima cahaya teralalu banyak , karena lampu yang dipasang  terlalu dekat, contoh: Karena tanamannya kurang banyak.

Dan sebaliknya, jika daun teryata  tumbuh jarang dan panjang – panjang, maka mereka perlu cahaya lebih banyak. Kemungkinan hal ini terjadi dikarenakan lampunya terlalu jauh atau jumlah tanaman untuk satu lampu.

Pengukuran Cahaya
Jumlah cahaya yang diperlukan umumnya dinyatakan dalam watt, supaya mudah dimengerti. Yaitu 15-20 watt bagi tiap 1.000 sentimeter persegi permukaan medium tanam dalam pot.
Tetapi tanaman hidroponik tidak perlu diterangi siang malam terus – menerus selama 24 jam. Tanaman tempat teduh seperti suplir pakis kawat, dan beberapa jenis anggrek hanya perlu penyinaran selama 12 jam saja (misalkan dari jam 07 pagi sampai jam 07 malam wita). Tanaman yang biasanya tumbuh  di tempat terbuka, hanya perlu  penyinaran 16 jam. Sesudah itu tanaman tersebut  perlu suasana gelap.

Beberapa pun yang diperlukan, baik lama mapun tidak, sebenarnya yang penting bukan berapa maksimalnya, tetapi berapa minimalnya yang mutlak diperlukan, supaya tanaman tidak merana.
Umumnya, cahaya minimum yang disyaratkan ini berkisar antara 250 – 500 foot candles.
Satu foot candles ialah jumlah cahaya yang menyinari permukaan satu kaki persegi, sejauh satu kaki dari sumber  cahaya lilin yang sedang menyala.

Jumlah cahaya ini dapat diukur dengan alat pengukur cahaya yang biasa dipakai dalam bidang fotografi, tetapi yang skalanya dinyatakan dalam foot candles.
Tempat cahayanya yang  sudah jelas terang, sudah tentu tidak perlu diukur, karena boleh dipastikan tidak akan menimbulkan masalah dalam perawatan tanaman. Tetapi tempat yang gelap, harus diukur. Alat pengukur dipasang lebih kurang 30cm dari calon tempat menaruh pot, hingga cahayanya  yang terbanyak jatuh pada permukaan alat itu yang  mengandung sel foto. Pengukuran dilakukan sepanjang hari, setiap 2 jam sekali.

Dan yang dicatat tidak hanya jumlah cahaya saja, tetapi juga  berapa lamanya cahaya itu menerangi tempat itu. Jika angka yang ditemukan teryata tidak kurang dari 250 foot candles, setelah dibantu dengan cahaya lampu TL, maka tempat itu boleh dipakai.

sumber: Berbagai pengalaman sahabat saya 

Tanaman Hidroponik #5: Pot Bertangki dan Kantong Makanan

Pot Bertangki dan Kantong Makanan
Yang tidak kalah menariknya dalam berbisnis tanaman hidroponik rumah ini ialah penemuan hydro-nik dari plastic oleh Wolfgang Blaicher dari Mannheim, Jerman Barat, yang mencari akal bagaimana mengatasi masalah pengairan, agar sekali memberi dapat awet tahan lama, tidak usah sering memberi berkali-kali lagi.

Blaicher berangkat dari pendapat (berdasarkan kenyataan), bahwa akar tanaman sebetulnya tidak perlu terendam air sampai basah kuyup, Jika basah kuyup malah mati konyol.

Karena itu, air untuk mereka mestinya yang tipis saja di dasar wadah, sehingga cukup jauh letaknya dari ujung akar.

Di tanah kebun biasa juga bukan air yang kuyup yang diperlukan oleh akar tanaman, tetapi kelembaban uap saja, yang menerobos di celah-celah butiran tanah.

Pemakaian Tangki Air
Jika pot tempat tumbuh tanaman dapat dimuat bersama-sama dengan wadah persedian air yang mampu mengalirkan air sedikit demi sedikit sebanyak yang diperlukan untuk mempertahankan permukaan air yang cukup jauh letaknya dari akar tanaman saja, maka akar ini sebenarnya sudah dipenuhi syarat hidupnya, sesuai irama kehilangan air oleh penguapan sehari-hari.

Air dalam tempat persediaan itu dapat tahan lama dipakai sedikit demi sedikit, dalam waktu jangka panjang. Terciptalah kemudian hydro-tank plastic yang dimintakan hak patennya pada semua kantor paten seluruh dunia.

Tangki ini berbentuk silinder seperti tangki minyak kereta rel saja, dengan garis tengah dan ukuran panjang bermacam-macam bergantung pada pot yang akan dilayaninya. Pada salah satu ujungnya  ada lubang sebesar ibu jari, tempat memasukkan air.

Jika sudah terisi penuh, ia dipasang dalam ruangan khusus di wadah pot ( yang memang dirancang secara khusus pula, agar dapat memuat tangki di samping pot) lalu diputar 180 derajat supaya lubang yang semula menghadap keatas itu menghadap ke bawah.

Jelas airnya mengalir keluar membasahi dasar wadah pot. Tetapi tangki harus diputar kembali sedikit, supaya lubangnya agak naik lagi berapa naiknya, bergantung pada berapa tinggi permukaan air yang diinginkan.

Pada tangki itu tercantum skala, dari 0 mm sampai 30 mm. Tinggal memutar saja sehingga angka yang diinginkan menghadap tepat ke atas. Maka air akan menggenangi wadah setinggi angka (dalam mm) yang ditunjukkan itu.

Untuk menyembunyikan tangki, wadah pot berdesain khusus itu mempunyai tutup yang tepiannya tegak, sehingga dapat ditaburi kerikil sampai tidak terlihat lagi bahwa itu tertutup.

Sesudah 2-4 minggu, jika tangki itu dilihat kembali sesudah dibuka tutupnya, dan air teryata sudah hampir habis, tangki cukup diputar saja supaya lubangnya menghadap ke atas saja.

Kemudian diisi dengan air baru sampai penuh, dan diputar lagi sesuai angka pada sekala. Maka ia pun akan bertugas mengairi pot hidroponik sedikit demi sedikit sesuai irama penguapan lagi.

Penemuan Kantong Makanan

Bersamaan dengan pencarian akal, bagaimana caranya mengairi tanaman secara awet itu, ada pula pencairan akan bagaimana caranya memberi makanan yang juga dapat tahan lama. Jadi tidak perlu sering mengangkat pot untuk mengganti cairan makanan lagi.

Terciptalah kemudian “makanan keringan” (pupuk tanaman) yang dibungkus dengan kertas saring tebal seperti teh celup saja. Atau dibungkus dengan cetakan plastic berpori halus, seperti filter plastic untuk menyaring air ledeng kotor itu.

Dengan penemuan kantong the ( orang Jerman menyebutnya Teebeutel) ini, meskipun tidak berisi teh kita tidak perlu lagi menyiramkan larutan makanan setiap kali larutan yang diberikan sebelumnya sudah habis. Cukup memberi air bersih biasa saja, untuk melarutkan bahan kimia dalam Teebeutul yang sudah ditaruh dalam wadah itu. Airnya dapar berasal dari Hydro-tank yang sudah diceritakan di muka.

Umumnya bahan kimia ini dibuat begitu pekat sampai tahan 3-4 bulan. Cukup dengan pengisian air baru setiap 2 seminggu atau 1 bulan saja, jika air sudah surut.

Penukaran ion
Teebutel itu kemudian disempurnakan berupa embalau sintetik yang dimuati penuh dengan semua unsur makanan yang diperlukan tanaman, dalam bentuk ion. Oleh pabrik Bayer di Leverkusen, paket makanan berisi ion ini dipasarkan sebagai Lewatit HD 5.

Kita sudah tahu, bahwa akar tanaman menyerap unsur makanan dalam bentuk ion. Namun ion dalam HD 5 yang tersekap kokok secara kimia itu baru bisa diambil jika ada ion garam (berasal dari air penyiraman) dan ion metabolit (hasil metabolisme) tanaman, yang hadir.

Ada semacam penukaran ion dari embalau ke air (dan sebaliknya), berdasarkan kehadiran ion metabolit yang dikeluarkan oleh akar tanaman. Ion metabolit ini mempunyai  daya pengaturan laju penukaran juga.

Menghambat (waktu tanaman istirahat malam) atau memperlancar (waktu giat - giatnya tumbuh pada siang hari).

"aturan main" ini begitu cermat, sampai tidak mungkin terjadi keadaan gawat, yang membuat akar tanaman merana, gara-gara larutan kimia yang teralalu pekat.
Sebab, HD 5 selalu menyesuaikan pelepasan ionnya dengan keperluan akar tanaman, yang bergantung pada laju metabolismenya. Dan laju ini terlihat pada jumlah banyaknya ion metobolit yang dikeluarkan.

HD 5 itu dapat digunakan secara hemat sampai enam bulan tanpa ada pergoncangan yang menyolok antara kepekatan terlalu tinggi dan kepekatan terlalu rendah. Dengan memakai HD 5 ini (yang dipasarkan dasar pot saja) itu, penyelenggaraan hidroponik dalam pot lebih dipermudah lagi.

Advertisement

PASANG IKLAN DISINI BANNER UKURAN 300 X 250 CUMAN Rp. 70.000 PER BULAN